Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

Memetik Hikmah, Mencipta Karya, dan Menebar Manfaat




Malam itu, sekitar pukul 00:07 WIB terlihat ia sedang duduk di ruang tamu beralaskan ubin keramik. Wajahnya tampak serius memandang laptop. Jari-jemarinya berpindah-pindah dari satu keyword ke keyword lain menandakan ia sedang mengetik. Sesekali ia memandang ke atas, seperti orang sedang mengingat-ingat tentang sesuatu. Saya mencoba menerka-nerka pikirannya. “Hmm, sepertinya saya masih harus berada di sini untuk mengamatinya terus.” Bisik saya dalam hati.

“Alhamdulillahhhh!” ucapannya cukup mengusik keheningan malam. Untung saja, keluarganya tidak ada yang bangun. Ingin rasanya saya mencubitnya karena bikin kaget saja. Eh tapi lihatlah! Senyuman keluar dari wajahnya. Tak terlihat ketegangan yang tadi menyelimuti tubuhnya. Sepertinya ia sudah berhasil mengerjakan sesuatu? Apa itu? karena penasaran, saya mulai mengintip layar laptopnya. “Wah! Ia berhasil!” saya kembali berbisik dalam hati.

“Huft, syukurlah ia sudah berhasil bangkit dan mulai berdamai dengan dirinya sendiri.” Bisik saya kembali.

“Ia sudah berhasil memutuskan langkah selanjutnya untuk berjalan.” Dari kejauhan, saya merasa tenang karena ia sudah berhasil bangkit dari keterpurukan.

Saya cukup mengerti apa yang ia alami. Bagaimana ia menjalani hari-harinya dan mengapa ia tersenyum kala itu. Dari layar laptonya pun, saya melihat 3 kata yang luar biasa menghiasi tulisan yang di buatnya pada sebuah blog baru. Judul blognya adalah “Hikmah, Karya, dan Manfaat”.

Saya jadi tertarik untuk membahas nya sedikit, mari kita mulai membahas secara sederhana. Semoga ada manfaat yang bisa diambil.


1. Kata pertama yang tertulis adalah Hikmah!

Hikmah dalam kbbi artinya adalah kebijaksanaan (dari Allah), sakti; kesaktian, arti atau makna yang dalam; manfaat. Jika merujuk ke bahasa arab, kata hikmah punya beberapa arti (lafadz musytarak). Dalam Lisan al-Arab, Ibn Manzhur menyebut hikmah itu al-qadha, artinya memutuskan.

Sedang di al-Mu’jam al-Wasîth, hikmah berasal dari kata hakama, bermakna melarang atau menghalangi (mana’a). Hukum itu dikatakan tegak jika menghalangi seseorang berbuat kezhaliman.

Selanjutnya, hikmah juga bermaksud adil dalam memutuskan sesuatu. Hikmah adalah mengetahui hakikat segala sesuatu apa adanya, dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya (Mu’jam Taj al-Arus).

Setidaknya saya merangkum ada 3 pengertian atau makna yang terkandung pada kata “hikmah” yang terdapat dalam Al-Qur’an.

1. Hikmah itu nasihat

"Dan yang telah diturunkan kepada kalian dari kitab dan hikmah untuk memberikan nasihat dan pengajaran kepadamu." (QS. Al-Baqarah: 231).

2. Hikmah itu pemahaman


"Dan Kami memberikan hikmah (pemahaman) kepadanya (Yahya) ketika dia masih kecil." (QS. Maryam: 12).

3. Hikmah itu pengetahuan


“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmah (ilmu dan pemahaman) serta kenabian.” (QS. Al-An’am: 89).

Saya simpulkan bahwa hikmah adalah mengambil ‘sesuatu’ dari suatu takdir Allah yang terjadi pada hidup manusia dengan bijaksana, sesuai dengan syariat yang telah Allah berikan.

Biasanya, hikmah itu terjadi ketika kita mendapat suatu masalah. Lalu, kita memandang melalui sudut pandang lain untuk dapat mengambil atau memetik hikmahnya.

Misalnya, ada seseorang punya masalah dalam hidupnya. Ia kehilangan sesuatu yang dicintainya. Lalu ia bersedih karena merasa belum siap kehilangan. Ia juga merenungi dengan mengingat-ingat kebersamaan yang dilaluinya. Perjuangannya dalam mencintainya pun tak bisa dianggap main-main. Terbukti, ia yang selama ini setia menemaninya saat orang lain meninggalkannya. Ia pun juga menjadi seseorang yang pertama kali mencintainya.

Namun, ia sadar. Bahwa jika hanya bersedih saja ia tidak akan melangkah maju. Ia tidak akan melihat sisi positif takdir Allah. Padahal, skenario Allah adalah yang terbaik. Maka ia menjadi terlihat lebih sabar. Ia tidak memandang bahwa ini buruk. Tapi ia berhusnudzon kepada Allah dan mencoba memetik hikmah dari kejadian itu.

Saya mengerti tentangnya, ia sepertinya sudah memetik hikmah dari sebuah kejadian yang menimpanya dan saya senang karena ia sudah berhasil, selamat ya!

2. Ternyata ini maksudnya tentang karya

Setiap manusia hidup di dunia dengan batasan usia yang berbeda-beda. Berapa lama mereka hidup, pasti akan meninggal dan akan kembali pada Allah. Bukan hanya manusia ternyata, setiap makhluk ciptaan-Nya juga akan mati.

Lalu apa hubungan kematian dengan karya? Ternyata salah satu hal yang dapat kita pahami adalah kita hidup untuk berkarya. Loh? Memangnya benar?

"Jika seseorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh." (HR. Muslim).

Cukuplah satu hadits Rasulullah SAW menjawab mengapa kita harus berkarya. Karena karya adalah apa yang kita hasilkan.

2 tugas utama manusia di muka bumi adalah menjadi hamba Allah (beribadah kepada-Nya) dan menjadi khalifah (pemimpin). Lalu, apa yang manusia tinggalkan? Yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh. Dan kesemuanya adalah termasuk ke dalam karya.

Kisah Rasulullah SAW ketika hidup merupakan keteladanan terbaik bagi manusia untuk berkarya. Bagaimana beliau SAW mampu menjadi yang terbaik dalam setiap tugas yang diembannya. Figur pemimpin, ayah, suami, sahabat, anak, guru, dan manusia secara umum.

“Telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu suri tauladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Kisah-kisah lainnya dari para Nabi dan Rasul, sahabat Rasulullah SAW, para ulama terdahulu, Muhammad Al-Fatih, Shalahuddin Al-Ayubi, Umar bin Abdul Aziz, Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Hambali dan lain sebagainya. Mereka semua telah memberikan karya-karya terbaik untuk Islam. Karya yang sampai sekarang masih ada dan dirasakan keberadaannya.

Saya bertanya pada diri sendiri. Ada apa dengan kata karya yang ia tuliskan? Setelah beberapa waktu berfikir, saya dapat menyimpulkan bahwa ia telah berhasil untuk tetap berkarya dengan fasilitas yang Allah berikan. Masalah yang ia hadapi tidak membuatnya berhenti berkarya. Tetap semangat‼

3. Menebar manfaat itu yang terpenting

Manfaat artinya adalah beguna atau berfaedah. Bisa juga menguntungkan. Secara sederhana, menjadi bermanfaat sangat penting dalam berkehidupan di dunia. Karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Tidak mungkin manusia hidup sendirian.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani).

Jika manusia hidup tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat, maka hidupnya akan sia-sia saja. Ia hidup tapi serasa mati. Jadi, apapun yang kita lakukan yang penting bermanfaat untuk sekitar. Begitulah kira-kira.

Pernah suatu waktu saya berbicara padanya. Saya menanyakan mengapa ia harus repot-repot melakukan ini-itu. Bahkan terkadang ia mengorbankan dirinya sendiri. Ia menjawab “saya ingin bermanfaat untuk orang lain meskipun saya bukan orang yang baik dan masih suka melakukan dosa.”

Karena itulah, saya meyakini bahwa apa yang ia lakukan sekarang. Ia ingin terus menebar manfaat. Meski dari hal-hal yang kecil, sederhana, dan tidak banyak jumlahnya. Saya pun jadi mengerti bahwa memberi manfaat dapat dilakukan dengan apa saja asalkan tidak melanggar syariat Allah.

Semuanya dapat menjadi wasilah kebaikan asalkan Allah ridha dan saya senang karena ia telah menemukan wadah baru untuk dirinya dapat memberikan manfaat. Terimakasih‼

Pada akhirnya, saya merasa terinspirasi olehnya. 3 kata yang menjadi prinsip hidupnya InsyaAllah akan saya ingat terus. Saya bermohon pada Allah untuk senantiasa membimbingnya di jalan yang Allah ridha. Hidupnya senantiasa dalam keberkahan. Senantiasa dilindungi Allah.

Memetik hikmah dari setiap kejadian, mencipta karya untuk menjadi bekal kehidupan selanjutnya dan tetap menebar manfaat apapun kondisinya.


Komentar

  1. Lllllluuuaaaaarrr bbbbiiiiaaasssaaa😱👏👏👏👏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...