Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
DEG!
Seketika, jantung merasakan degupan kencang! Akal, masih serasa tidak percaya dengan apa yang ada dipikirannya. Mata pun tak mampu berkedip seperti biasa melihat apa yang dibaca. Air mata, perlahan berkaca-kaca di mata. Tubuh? Rasanya, kaku seketika.
Lalu, hati pun berbisik dengan penuh kelembutan.. "Tenang, jangan khawatir dan jangan bersedih" diri pun perlahan mulai mencair dengan keadaan. Malam itu, menjadi lebih berwarna dengan coretan kata-katanya. Perlahan, bibir pun memaksa untuk tersenyum. Seperti hendak menjadi simbol kelapangan hati.
Jari pun tidak mau kalah dengan anggota tubuh yang lain untuk merasakan sensasi malam itu, terutama ibu jari. Yang sibuk menscroll layar handphone ke atas dan ke bawah. Mengetik, tiap keyword yang ada. Mewakilkan mulut dalam berkata, menyesuaikan isi pikiran dan hati. Ya, tak dapat dipungkiri, takdir Allah yang satu ini cukup menguji diri yang lemah ini.
Proses komunikasi pun berjalan seperti di atas tepi jurang. Seperti apa rasanya? dia pun belum pernah mencobanya. Tapi, akal pun berlogika bahwa berjalan di tepi jurang itu menyeramkan, deg-degan, keringetan, harus sabar dan tantangan-tantangan lain. Melihat bagaimana jurang itu sangat dalam, jalan yang dilalui hanya bagian tepi nya saja.
Sayap-sayap kemampuan diri, perlahan mulai menunjukkan eksistensinya. Mencoba untuk menolong diri yang tengah berjuang seorang diri. Kesadaran untuk memetik hikmah, untuk tetap berkarya, dan masih berusaha untuk bermanfaat menjadi bekalnya dalam berbuat demikian.
Tidak berapa lama, dia mulai duduk. Urat-urat syaraf yang tadi tegang, anggota tubuh yang tadi tampak nyata sebagai bentuk respon keadaan perlahan memudar. Ia sejenak berkontemplasi, menenangkan diri, serta mengingat-ingat kisah lalu yang terjadi.
"Untuk apa? Jika untuk Allah, tidak mungkin seperti ini." Lalu mengapa ini terjadi? ia pun kembali bertanya "apakah aku melakukan kesalahan?" Pertanyaan-pertanyaan, prasangka-prasangka, dan kesimpulan pun tak luput dalam pergulatan dalam pikiran. Ia tampaknya tidak menyangka apa yang baru saja terjadi. Kaget. Ah tidak tidak, ia mencoba menyembunyikan perasaannya. Sebenarnya apa tujuannya menyembunyikan perasaannya itu?
Beberapa waktu berjalan, komunikasi pun mulai lambat berjalan. Terlihat dari kejauhan, kesimpulan pun dapat keluar dari pergulatan. Tampak ia membawa secercah cahaya harapan. Ia pun mulai mendekat dan ternyata benar! Ia berhasil memetik hikmah. Selamat!!!
Keindahan dalam setiap takdir Allah adalah hikmah, begitu ia menyimpulkan. Dan sebaik-baik sikap adalah akhlak mulia. Ia melanjutkan. Ia tampak senang namun tak menutup kesedihannya. Senang karena ia sedang belajar arti syukur, sabar, ukhuwah, kelapangan hati, keikhlasan beramal, pengendalian amarah, dan tak lupa ia senang karena Allah memberinya ujian tersebut.
Di sisi lain ia membiarkan sedihnya terbuka, meski tidak banyak. Rasanya, terlihat ia sedang membohongi dirinya sendiri. Eh tapi lihat dulu! sepertinya bukan berbohong, tapi sedikit menyembunyikan agar tidak terjadi hal buruk yang menimpa. Kesedihannya pun menandakan kelemahannya, kehinaannya dan kesalahan yang diperbuatnya. Untung saja, ia masih menjadi manusia yang tak luput dari dosa.
Setelah dapat hikmah lalu bagaimana selanjutnya? Terlihat, ia kembali ke dalam ruang ingatan untuk mencari berkas lama yang tersimpan dalam pikiran. Aha! ia berhasil, meski sedikit buram, lesuh, dan tak rapih, eh bahkan kurang jelas nyata. Namun, Alhamdulillah. 2 kata yang berhasil di dapatnya dalam berkas itu masih dapat terlihat. "Karya dan Manfaat" tertulis dengan cukup jelas. Disertai dengan huruf yang cukup besar. Sekali lagi, Allah memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri.
Ia tidak ingin terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Kegagalan yang menghantui, dan putus asa yang menggelayuti. Ia perlu bangkit dan bangkit. Karya dan manfaat menjadi modalnya untuk tetap berkomitmen. Komitmen memang sangat penting. Dan dalam kata karya dan manfaat, komitmen kembali dikuatkan, rasa untuk bangkit pun semakin meninggi. Meski tidak benar-benar yakin yang dilakukannya benar, ia tak terlalu memikirkannya.
Masalah memang ada, tapi ia bukanlah tipe yang ingin terlalu dikendalikan oleh masalah. Tapi ia memilih untuk mengendalikan masalah dan berharap Allah berikan solusinya. Dari setiap kejadian, ia belajar untuk terus berprogres. Meski lambat, ia tak mau berhenti.
Pada akhirnya, keputusan pun telah dibuat, tekad telah menjadi bulat. Dengan bismillah pun ia mengawali kisah barunya dengan kalimat "Saatnya Melebarkan Sayap Lebih Luas Lagi!"
Namun ketahuilah bahwa, ia tidak benar-benar menutup kisah lamanya. Ia masih membiarkannya terbuka, dan tentu sesekali ia akan pergi berjalan menjumpainya untuk sekedar bersilaturrahim dan mengambil pelajaran daripadanya.
Dengan mengucap bismillah, ia menghampiri dan dan berkata, "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh!"
Tak lupa ia tampilkan senyuman di wajahnya dan diiringi ucapan, "SELAMAT DATANG!"
Alhamdulillah, senang rasanya...
Selamat datang, 😇
BalasHapus