Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

10 Kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup (Bagian 1)


Serial Naruto adalah komik dan animasi yang berasal dari Jepang. Serial yang pertama kali terbit pada tahun 1999 ini sebenarnya telah tamat pada tahun 2014 untuk manga nya, dan 2017 untuk seri anime nya.

Serial ini merupakan karya dari seorang Mangaka Jepang yang bernama Mashashi Kishimoto. Baik itu versi manga nya atau anime nya, seri Naruto menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia karena memiliki jumlah penggemar yang begitu banyak. Bahkan di Indonesia, seri Naruto menjadi salah satu seri terpopuler yang bukan hanya disukai anak-anak, tapi remaja dan dewasa.

Jalan cerita yang sangat menarik, membuat seri Naruto memiliki daya tarik yang luar biasa. Sepanjang perjalanannya, banyak pesan-pesan moral yang dapat diambil dari serial ini. Berikut 10 kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup:


1. Pengorbanan Orangtua (Minato dan Kushina)

Naruto dibesarkan tanpa peran kedua orang tuanya yang telah meninggal ketika ia masih kecil. Minato merupakan hokage ke empat di desa Konohagakure dan ibunya merupakan jinchuriki kiyubi (kurama). Kedua orang tuanya meninggal karena melindungi Naruto dari serangan kyubi sewaktu desa Konoha diserang oleh Obito yang saat itu menyamar sebagai Madara Uchiha.

Kisah meninggalnya Minato dan Kushina menjadi salah satu scene terbaik yang sangat mengharukan. Baru saja beberapa hari Naruto lahir, keduanya harus meninggal karena menahan serangan kyubi yang mengincar naruto. Mereka menahan serangan kuku kyubi dengan menggunakan badannya hingga tembus.

Keduanya, mengorbankan nyawa mereka dan menyerahkan sepenuhnya beban kesalahan kyubi kepada Naruto yang masih kecil untuk melindungi desa Konoha. Akhirnya Kyubi disegel oleh Minato ke dalam tubuh Naruto yang membuatnya menjadi seorang Jinchuriki menggantikan Kushina yang meninggal.

Bagi teman-teman wajib banget untuk melihat scene ini karena akan menjadi pelajaran hidup bahwa kedua orang tua akan melakukan hal terbaik bagi anaknya meski anaknya tidak dapat menerima namun pasti ada hikmah di baliknya. Kepercayaan yang sangat terasa begitu kuat dari kedua orang tua terhadap anaknya yang baru saja lahir menjadi salah satu kunci mengapa mereka berani mengorbankan nyawa. Pengorbanan ini juga dilakukan sebagai bukti cinta mereka terhadap desa karena untuk melindungi desa Konoha dari serangan Kyubi dan musuh di luar desa.


2. Cita-Cita Naruto Menjadi Hokage

Sejak kecil Naruto sudah bercita-cita menjadi Hokage. Cita-cita tersebut bertransformasi menjadi sebuah ambisi lalu menjadi sebuah tekad yang kuat pada diri Naruto. Meski sedari kecil Naruto dimusuhi dan dijauhi oleh teman-temannya namun seiring berjalannya waktu ia mampu membuktikan dirinya layak untuk menjadi teman mereka. Bahkan ia mampu menjadi seorang pahlawan desa yang melindungi seluruh warga desa Konoha dari serangan Pain.

Cita-cita ini menjadi kekuatan yang luar biasa bagi Naruto dalam menghadapi musuh-musuhnya dan dalam menjalankan setiap misi yang diberikan. Tak mampu dipungkiri, cita-cita ini juga mampu memberikan energi positif bagi teman-teman di sekitarnya untuk dapat berjuang meskipun memiliki peluang berhasil yang sedikit.

Cita-cita Naruto ini menjadi benang merah pada serial Naruto karena menjadi faktor yang membuat seluruh cerita terhubung satu sama lain.

Perjuangan, kerja keras, ketekunan, kepercayaan, kesetiaan, dan pengorbanan menjadi beberapa nilai positif yang berhasil dibangun dan dibentuk oleh Naruto demi menggapai cita-cita menjadi Hokage. Dengan cita-cita ini pula lah, ia mampu mewariskan tekad kepada Konohamaru, Sasuke, Kiba, dan bahkan Sarada.

Jika kita cermati pada serial Naruto, perjalanan Naruto menjadi Hokage tidaklah mudah tetapi begitu banyak hikmah dan kisah yang mampu menginspirasi jutaan penggemar untuk dapat meraih cita-citanya.


3. Bukti Cinta Itachi Terhadap Desa

Itachi terbukti menjadi dalang pembantaian clan Uchiha. Bahkan ia sendiri yang membunuh kedua orang tuanya di depan adiknya yang masih kecil saat itu yang bernama Sasuke lalu melarikan diri meninggalkan desa dan menjalani sisa hidup sebagai pengkhianat desa.

Secara sederhana dan yang terlihat, memang Itachi melakukan tindakan yang sangat brutal karena menghabisi clan-nya sendiri. Tetapi ternyata banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa ia berani melakukan hal gila semacam itu.

Ceritanya clan-nya akan melakukan kudeta terhadap desa Konoha, alih-alih membantu clan-nya untuk menguasai desa, ia lebih memilih menghabisi clan-nya seorang diri demi menghindarkan bentrokan atau perang saudara sesama clan desa Konoha.

Ia mampu menjalankan misi yang diberikan oleh hokage dengan baik bahkan setelah ia pergi meninggalkan desa. Meski dianggap sebagai pengkhianat desa, tetapi ia terus melindungi desanya dari serangan musuh. Ia mencintai desanya dengan tulus, menjalankan misi sepenuh hati, dan mampu mengorbankan kepopuleran untuk sebuah pengabdian.

Bukti lain adalah ia tidak pernah meminta penghargaan atau belas kasih dari desanya karena pengorbanan yang ia lakukan. Sampai meninggal, ia tetap dicap sebagai pengkhianat desa yang sejatinya ia adalah orang yang memiliki rasa cinta yang tinggi terhadap desanya.

Di kehidupan nyata, tidak banyak orang yang mau memainkan peran seperti Itachi. Kebanyakan orang melakukan kebaikan karena ingin kepopuleran dan ingin dipuji atau paling tidak mendapatkan ucapan terimakasih dari orang yang ditolong. Mereka tidak mau mengambil resiko dibenci tetapi terus melakukan kebaikan dengan sepenuh hati.


4. Kebencian Sasuke terhadap Kakaknya dapat Menjadi Kekuatan Sejati


Karena Sasuke melihat langsung orang tuanya tewas di bunuh oleh kakaknya, ia menjadi sangat benci kepada kakaknya. Sejak kejadian itu, ia bertekad untuk membunuh kakaknya dan membalaskan dendam clan Uchiha.

Kebencian itu ternyata menjadi kekuatan sejati pada diri Sasuke, karena memang kekuatan Uchiha mampu menjadi kekuatan sejati dikala seseorang memiliki kebencian yang kuat terhadap sesuatu. Inilah sebabnya juga ia berani meninggalkan desa untuk mendapatkan kekuatan dari Orochimaru dan dianggap sebagai pengkhianat desa.

Demi kekuatan dan ambisi membunuh kakaknya, ia berani meninggalkan kesenangan masa kecil dan berfokus untuk meningkatkan kekuatannya. Ia tidak perduli lagi soal cinta, teman, dan kasih sayang. Hanya kekuatan yang mampu membunuh kakaknya lah yang menjadi obsesinya kala itu.

Ternyata memang, ini juga menjadi salah satu rencana Itachi membiarkan adik kecilnya untuk tetap bertahan hidup. Itachi tau kekuatan sejati dari clan Uchiha, dan percaya bahwa adiknya mampu memiliki kekuatan yang luar biasa di kemudian hari. Ia membiarkan adiknya hidup untuk dapat terus mewariskan generasi Uchiha, memutus rantai keburukan clan-nya dan menjadi pembaharu bagi clan-nya, hal itu dilakukan karena ia merasa bahwa dirinya tidak bisa mengambil peran tersebut.

Terkadang dalam hidup, ada sebagian para pembenci kita yang sebenarnya mampu memberikan kita kekuatan sejati. Para penghina yang melatih sabar kita, para pengkhianat yang melatih percaya kita, para pemalas yang melatih rajin kita, maupun para pendosa yang mampu melatih keimanan kita.


5. Kisah Cinta Hinata dan Naruto


Kisah cinta ini bermula ketika mereka masih kecil. Kala itu, Hinata sedang diganggu oleh teman-temannya. Naruto datang untuk membela Hinata karena ia tidak ingin orang lain merasakan seperti yang ia rasakan, diganggu atau dibenci oleh teman-temannya.

Naruto menantang mereka untuk bertarung. Tetapi akhirnya kalah dan menjadi bahan tertawa mereka. Namun, Hinata tidak mentertawakan ataupun merasa kecewa karena kekalahan Naruto. Pada saat itu, ia langsung jatuh cinta kepada diri Naruto. Karena masih kecil, ia sendiri tak menyadari perasaan itu dan lebih mengarah kepada rasa kagum. Namun, melihat perjuangan Naruto membuatnya tersadar arti pentingnya berkorban untuk orang terdekat.

Hinata lahir dari darah bangsawan Konoha, yaitu clan Hyuga. Ia mendapat perlakuan khusus dari clan-nya dan mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sedangkan Naruto sebaliknya, orang tuanya meninggal setelah beberapa hari ia lahir, mendapat perlakuan buruk dari penduduk desa, dan tidak memiliki teman yang mau mengakuinya.

Meski berada pada posisi yang buruk, Naruto tidak menyerah dalam menjalani hidup. Bahkan tekadnya untuk menjadi Hokage sangat menginspirasi Hinata untuk menjadi lebih kuat. Ia tidak mau menjadi orang yang lemah, manja, dan berpangku tangan. Karena itu, ia terus memperhatikan Naruto.

Cintanya kepada Naruto yang sejak kecil dirasa, mampu bertahan hingga dewasa. Meski Naruto baru sadar perasaan Hinata setelah dewasa, tetapi Hinata tidak kecewa bahkan merasa bersyukur cintanya terbalaskan. Lalu mereka pun menjadi sepasang suami istri.

Kesetiaan dan ketulusan memang menjadi faktor penting dalam kisah cinta mereka. Hinata tidak meninggalkan Naruto meski tau Naruto menyukai Sakura. Hinata tidak mengakui keberadaan Naruto meski penduduk desa dan meski tanpa Naruto sadari. Kepribadian Naruto menjadi inspirasi Hinata dalam menjalani hidup.

Sejatinya cinta itu adalah menjaga, bukan merusak. Memperindah bukan memperburuk. Memberi kekuatan bukan melemahkan. Mententramkan bukan merisihkan. Memberi bukan meminta. Setia bukan khianat. Tulus bukan pamrih. Dan, kisah cinta mereka sedikit banyak mampu memberi pelajaran hidup bagi kita bahwa cinta itu butuh perjuangan untuk dapat meraihnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...