1. Menjadi Pecandu Cinta yang Tersesat
Cinta menurut KBBI adalah suka sekali; sayang benar; kasih sekali;
terpikat; ingin sekali; berharap skali; rindu; susah hati (khawatir); risau.
Dalam Islam, cinta yang sebenarnya atau cinta yang hakiki adalah hanya milik
Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena hanya Allah lah yang Maha Sempurna dan Maha
Pemilik Cinta.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Al-Imran: 14).
Dalam ayat lain, Allah menanamkan rasa kasih sayang ke dalam hati hamba-Nya
yang beriman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak
Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96).
Serta ayat yang biasa dipakai oleh sepasang insan yang akan melangsungkan
akad nikah, yaitu QS. Ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.”
Sejatinya, cinta ini bermakna sangat positif. Karena kedudukan cinta yang
paling tinggi adalah cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Sang Pencipta
segala sesuatu dan yang Maha memiliki cinta. Maka dari itu, orang yang syirik
atau menyekutukan Allah, haram baginya untuk masuk ke dalam surga.
Cinta sejatinya, disalurkan sesuai dengan koridor yang telah Allah
tetapkan. Karena dengan itu, terasa indah cinta dirasakan. Cinta kepada alam
sekitar dan cinta kepada sesama manusia serta cinta kepada diri sendiri akan
menjadi cinta sejati apabila mampu menghantarkan pecinta tersebut lebih dekat
kepada Allah, sebaliknya kesesatan sebuah cinta adalah ketika menghantarkan
pecinta tersebut melanggar syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sejatinya, cinta ini adalah perpaduan dari spiritual, emosional, dan akal.
Keseimbangan ketiga komponen yang berada dalam diri manusia mampu memberikan
dorongan untuk taat kepada Allah.
Pecandu cinta adalah orang yang merasakan cinta dan mampu mengekspresikan
cinta itu dalam hati, lisan, dan juga perbuatan. Pecandu cinta merupakan orang
yang haus akan cinta, orang yang sepenuh hati berkorban demi yang dicinta, dan
berkorban untuk yang dicinta.
Jika ia mencintai Allah, ia akan mencintai Rasul-Nya, ia akan mencintai
orang-orang yang Allah juga cinta atau orang-orang yang cinta kepada Allah.
Pecandu cinta akan senantiasa melakukan segala sesuatu agar hasrat cinta nya
terpenuhi. Ia akan hanya berharap yang dicinta akan mencintainya. Ia akan
mengorbankan dirinya untuk yang dicinta. Seperti inilah sedikit gambaran
pecandu cinta yang berada di jalan yang benar. Kehadiran cintanya mampu
menghantarkan dirinya kepada jalan yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu
Wa Ta’ala serta Rasul-Nya.
Tetapi ada juga pecandu cinta yang tersesat. Ia salah memahami makna cinta
yang sesungguhnya. Cintanya penuh dengan hawa nafsu dan hilang akal sehat.
Melakukan segala cara hanya untuk kesenangan sesaat. Cintanya hanya sekedar kasat
mata bukan kemurnian sejati yang muncul dari keikhlasan hati. Pecandu cinta
seperti ini, tidak benar-benar mencintai yang dicinta. Karena rasa egois akan
menguasai cinta tersebut. Dan pecandu cinta yang seperti ini, akan menyebabkan
dirinya melanggar syariat-syariat Allah.
Pecandu cinta yang berada di jalan yang benar, ketika mencintai seseorang
pasti akan menawarkan cintanya sesuai dengan petunjuk dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, Sang Pemilik Cinta. Ia akan tertuju pada proses yang diridhoi-Nya, menjaga,
berdoa, dan menikahinya. Seperti orang yang kecanduan shalat berjama’ah,
kecanduan tilawah Al-Qur’an, ataupun kecanduan melakukan kebaikan.
Tetapi pecandu cinta yang tersesat, pasti akan mencari cara dan melakukan
segala hal yang menurutnya baik ternyata tidak baik serta membenarkan apa-apa
saja yang dilakukannya. Merusak, berdusta, dan memacarinya. Seperti orang yang
kecanduan narkoba, kecanduan game, chattingan dengan lawan jenis, melihat,
mendengar, dan mengucapkan hal-hal yang hanya mementingkan dirinya sendiri ataupun
hal-hal haram lainnya yang menjadi candu.
Sering sekali manusia tertipu oleh setan dan menjadi pecandu cinta yang
tersesat. Ia kebingungan arah dan kehilangan langkah-langkah yang pasti.
Keraguan selalu menyertai, keresahan selalu merasa, dan keberkahan tidak akan
sekali-kali hadir menyelimuti.
Pecandu cinta seperti ini sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa
apabila mampu melangkah di jalan yang benar. Karena dengan menjadi pecandu,
mereka memiliki semangat, kekuatan, militansi, keyakinan, keikhlasan,
pengorbanan, dan segala sesuatu yang mampu membantu mereka mengekspresikan rasa
cinta.
Tetapi, sangat disayangkan apabila ada sebagian yang menjadi pecandu cinta
yang tersesat. Banyak yang menghina, menghardik, bahkan menjauhi. Sebenarnya, mereka
hanya sedang tersesat, butuh petunjuk, butuh arahan, butuh bimbingan, dan butuh
hidayah dari Sang Maha Pemilik Cinta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Fitrah cinta yang wajar dan suci menjadi anugerah yang istimewa. Maka dari
itu, mari kita ekspresikan rasa cinta sesuai dengan apa-apa yang mampu
mendekatkan diri kita kepada Allah, sesuai dengan keinginannya Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Ingat, pecandu cinta yang benar adalah orang yang mampu menyeimbangkan tiga elemen (komponen) diri; spiritual, emosional, dan juga akal. Biasanya, menjadi pecandu cinta itu enak. Tapi kalo tersesat, itu menjadi dilarang. Kalau kamu sudah berada dimana?
2. Melakukan Maksiat di Kala Sendiri
Kalau boleh jujur, ini hal yang memang enak untuk dilakukan. Karena tidak
ada orang yang melihat, mengetahui, atau menemukan aib kita seperti ini. Sadar
tidak sadar, kebanyakan manusia melakukan maksiat dikala sendiri, karena pada
posisi seperti ini keimanan manusia sedang benar-benar diuji.
يَسْتَخْفُونَ مِنَ
النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا
لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi
mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada
suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan
adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS.
An-Nisa’: 108).
Beramal pun tak dipuji orang, bermaksiat pun tak dicaci orang. Disinilah
kesadaran dan pemahaman akan sifat Allah, Maha Melihat dan Maha Mengetahui
menjadi ujian bagi seorang muslim.
Orang yang sering melakukan maksiat di kala sendiri berarti ia sudah
berhasil menjadi seorang penipu, seorang khianat. Karena penjagaan dirinya
hanya saat dilihat orang, saat ada orang yang memuji. Tetapi ia lengah, lalai
ketika ia sedang sendiri, tidak ada orang yang mengetahui. Dengan bebasnya ia
melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah sendirian, lalu menampakkan dirinya
menjadi seorang yang berbeda ketika sedang bersama orang lain.
Hati yang kosong, hati yang merasa sendiri, ini juga yang sering membuat
orang terjerumus melakukan maksiat. Tak ia berikan kesempatan Allah yang Maha
Esa untuk berada di hatinya. Ia tak mau mengingat diri-Nya, memuji-Nya. Ia
lebih memilih hatinya sendiri. Disinilah setan dengan mudah mendatangi dan
mengisi, karena orang tersebut tak ingin Allah yang berada disana.
Memang enak sekali, jati diri kita tak seperti yang orang kira. Aib kita
tersimpan rapih dan tertutup rapat. Kita tampakkan kebaikan padahal banyak
keburukan yang ada. Bersandiwara dan membohongi diri maupun orang lain. Orang
kira kita baik, tapi ternyata buruk. Orang kira kita taat, tapi ternyata
maksiat.
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى
يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ
صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ.
قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ
كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh
aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak
kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut
menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba
sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka
sedangkan kami tidak mengetahuinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah
saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan
malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika
bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu
Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Pujian orang masih menjadi tujuan, penglihatan mata orang masih menjadi
keinginan. Bukan ridha Allah dan bukan penglihatan Allah yang menjadi tujuan
dan pengharapan.
Maksiat di kala sendiri emang enak, tapi itu dilarang. Jangan sampai
kecanduan, karena akan membinasakan. Maka dari itu, mari kita berjama’ah,
saling mengingatkan, dan saling mencintai karena Allah. Bermohonlah terus
kepada Allah agar kita dilindungi di dikala sendiri maupun di kala sedang
ramai.
3. Meremehkan Sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam
Sebagai umat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, kita wajib untuk
mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Karena risalah
Islam, dibawa oleh beliau SAW. Keteladanan terbaik ada pada diri beliau SAW.
Karena kehadiran beliau adalah penyempurna dari kehadiran Nabi dan Rasul Allah
sebelumnya di muka bumi.
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِى
أُصَلِّى
“Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari, no. 6008)
Mengamalkan sunnah Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam memiliki banyak keutamaan, diantaranya; Menggapai wali Allah yang
terdepan, melengkapi kekurangan amalan wajib, Allah akan berikan petunjuk dan
doanya pun mustajab serta, insyaAllah akan mendapatkan syafa’at dari baginda
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.
Namun kadang realitanya, dengan enaknya kita meremehkan sunnah beliau
dengan berbagai alasan yang ada, “ah itu hanya sunnah, tidak mengapa jika tidak
dikerjakan.” Sungguh kita merugi jika tidak mengerjakan. Astaghfirullah.
Tidak bersiwak, tidur habis shubuh, makan dan minum sambil berdiri, tidak
memelihara jenggot, isbal, tersenyum, berbicara baik atau diam, tidur menghadap
kanan, berbekam, menjawab adzan, shalat sunnah, dan amalan-amalan sunnah lain
yang sering diremehkan atau jarang diketahui oleh banyak orang atau bahkan
terlupakan.
Telah jelas disebutkan bahwa jika ada orang yang meremehkan atau dengan
sombong tidak melakukan amalan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wasallam, akan mendapatkan azab. Seperti sabda beliau SAW:
عن سلمة بن الأكوع رضي الله عنه أنَّ رجلاً
أكل عند رسول الله صلى الله عليه وسلم بشماله، فقال: «كل بيمينك»، قال: لا أستطيع.
قال: «لا استطعت؟ ما منعه إلاَّ الكبر» قال: ما رفعها إلى فيه
“Ada seorang laki-laki yang makan di samping
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah
bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab: ’ Aku tak bisa.’
Beliau bersabda: ” Semoga kamu tak bisa”
Tidak ada yang menghalanginya makan dengan tangan kanan kecuali karena
sombong. Perawi berkata: Dia (orang itu) tidak bisa mengangkat tangannya ke
mulutnya.” (HR. Muslim no. 2021).
Hadits di atas adalah salah satu contoh hukuman dan balasan yang
disegerakan bagi orang-orang yang enggan mengamalkan Sunnah Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam karena kesombongan dan sikap meremehkan.
Sebenarnya banyak sekali jika dikaji tentang
sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, mulai dari perawakan, perkataan, perbuatan,
keputusan, ataupun lainnya. Karena memang agama yang dibawanya itu sempurna.
Jika kita tidak mencontoh Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi Wasallam dalam mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam, lalu
dengan siapa lagi kita akan mencontoh? Meski begitu memang, Islam tidak akan
menyulitkan pengikutnya, tetapi jangan remehkan sunnah Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam. Apapun itu. Karena apapun yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam, merupakan wahyu dari Allah, pasti benar, pasti ada kebaikan di
dalamnya, dan pasti akan bermanfaat bagi kehidupan kita.
Mulai sekarang yuk lebih menghormati dan mengamalkan sunnah-sunnah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam dalam keseharian, ingatkan orang terdekat dan sebarkan kebaikan selagi masih mendapat kesempatan, siap ya!
Jadi, kita harus berhati-hati kalau kita berada pada posisi ketiga hal diatas ya, kalau udah sekali kecemplung, suka bikin ketagihan yang akhirnya meremehkan dosa-dosanya. Naudzubillah. Bertaubatlah dan berjama'ahlah, oke!
Komentar
Posting Komentar