Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita.
Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin?
- Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual
Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan.
Mengapa kita melakukan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan? Apakah karena perintah orang tua yang telah menunjukkan kepada kita agama tertentu? atau kita sendiri yang mencari dan menemukan kebenaran sehingga berkata,‘saya yakin dengan agama ini karena agama ini benar.’ Dengan cerdas secara spiritual, kita akan dapat merasakan keberadaan Tuhan dan dapat dengan sadar menjalani kehidupan ini dengan pemahaman yang baik.
Manusia diciptakan ke Muka Bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Dalam firman-Nya yang lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqoroh : 30).
Setelah mengetahui tujuan hidup manusia di muka bumi, maka kecerdasan seseorang akan terbangun. Kecerdasan Spiritual akan tumbuh dalam diri seseorang dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diwajibkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadanya serta menjauhi segala larangan-Nya melalui petunjuk dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam.
Pemuda sudah seharusnya memiliki paradigma berpikir yang cerdas. Berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat. Para pemuda pun harus mengetahui bahwa hidup di dunia memiliki batasan. Batasan itu adalah kematian. Setelah batasan itu kita jumpai, maka kita akan lanjut kepada kehidupan selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang kekal selamanya. Ia harus mencari tahu sendiri bukan hanya mendapatkan informasi dari orang lain yang ‘katanya, katanya, bla bla bla’ tapi ‘ohya! Setelah hidup di dunia ada kehidupan akhirat. Maka saya harus begini, maka saya gaboleh begini. Ini benar nih, ini salah nih, dan seterusnya.’
Sebagaimana dalam firman-Nya QS. Al-Imran ayat 85 :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Bahkan bukan hanya manusia saja, tapi setiap apa yang ada di bumi akan binasa.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 26-27).
Kematian yang akan dirasakan oleh setiap makhluk. Tidak ada yang kekal kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka manusia pun harus mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah memberikan petunjuk kepada manusia agar dapat membangun kecerdasan spiritualnya yaitu Al-Qur’an.
“Sesungguhnya Al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al-Isra : 9)
Dan sebaik-baik bekal untuk kehidupan akhirat adalah ketaqwaan.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah : 197).
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu mengetahui tujuan hidupnya dan mampu menginspirasi orang-orang dalam menjalani apa yang ia percayai. Ia akan sadar bahwa setiap yang ia lakukan akan diawasi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahkan orang lain pun juga mengawasi. Dan inilah yang terbangun dari kecerdasan spiritual bahwa manusia khususnya pemuda akan mempunyai pegangan yang menjadi pondasi baginya. Ia akan berpegang teguh terhadap apa yang telah ia yakini.
“Aku mendengar ‘Irbadl bin Sariyah berkata; “Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di tengah-tengah kami, Beliau bersabda: hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafah ar-rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham.” (HR. Ibnu Majah).
2. Kecerdasan Emosional
Dalam KBBI emosional adalah menyentuh perasaan; mengharukan; dengan emosi; beremosi; penuh emosi. Menurut para ahli emosi adalah :
Daniel Goleman
Pengertian Emosi menurutnya ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Daniel juga mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Soergada Poerbakawatja
Pengertian Emosi menurutnya ialah respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perasaan-perasaan eksternal maupun internal.
Dengan pengertian emosi menurut Soergada ini terlihat jelas perbedaan antara perasaan dengan emosi, bahkan terlihat jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Dengan pengertian emosi menurut Soergada ini terlihat jelas perbedaan antara perasaan dengan emosi, bahkan terlihat jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
Secara sederhana berarti emosi adalah sesuatu yang muncul dari hati atau perasaan. Emosi ini timbul karena manusia adalah makhluk perasa. Emosi berarti juga adalah hawa nafsu. Pemimpin muda yang sukses haruslah mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsunya. Kecerdasan emosional juga dapat dikatakan sebagai adab atau akhlak seseorang. Etika, empati, simpati, dan yang sejenis dengan itu.
Ketika ada sesuatu yang akan membuatnya marah, tapi ia memilih bersabar.
“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani).
Ketika ia mendapat kenikmatan, ia memilih untuk bersyukur karena ia tau dengan bersyukur maka nikmatnya akan ditambah oleh Allah.
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Ketika ia jatuh cinta maka ia memilih mencintainya dengan cara yang dibenarkan oleh agama.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra : 32).
Ketika terjadi apapun pada dirinya, ia akan merespon hal itu dengan baik dan bijaksana. Ia mampu mengendalikan hawa nafu dalam dirinya. Ia tidak akan mudah terpancing oleh bisikan setan yang hendak menjerumuskannya ke dalam keburukan. Ia tidak akan melakukan hal-hal yang akan berdampak buruk pada masa depannya. Keputusan yang ia ambil pun diputuskan dengan adil. Ia akan memilih diam daripada banyak bicara, lisannya terjaga dari kata-kata yang buruk dan merendahkan. Tingkahlakunya indah bagaikan sekuntum bunga mawar yang baru mekar.
Tak dapat dipungkiri, emosi memang ada yang positif dan negatif. Emosi yang positif seperti merasa iba melihat orang lain kesusahan lantas ia menolongnya dan emosi yang negatif adalah marah. Dan pemimpin muda yang sukses adalah ia yang mampu membuat emosi negatifnya berdampak positif bagi sekelilingnya. Contohnya ketika ia marah ketika agamanya dihina ia tidak lantas membalaskan dendam kepada orang yang menghina agamanya. Tapi ia mampu dengan cepat merubah responnya menjadi marah yang positif. Tidak merugikan dirinya, agamanya, dan juga orang yang menghina. Ia mampu memperkirakan hal apa yang akan terjadi jika ia mengeluarkan emosi yang ia rasakan dan tindakan selanjutnya. Ia akan lebih berhati-hati dalam mengeluarkan emosinya. Pemimpin muda yang sukses akan lebih tenang dalam bertindak dan mengambil keputusan sehingga melahirkan keputusan yang adil dan bijak.
Jadi, agar menjadi pemimpin yang sukses, melatih dan mengendalikan emosi sangat penting. Karena emosi bisa timbul karena hawa nafsu yang menjadi tempat bagi setan untuk menggoda manusia dan karena emosi itu berawal dari hati maka perbanyaklah berdoa agar hati kita tetap dijaga oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas agama-Nya.
“(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Serta mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar hatinya tetap tenang dalam segala kondisi.
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du : 28).
3. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan ini mengarah kepada kecerdasan otak dan keilmuan. Kecerdasan ini mencakup kecerdasan linear, matematik, dan logis sistematik.
Dalam kbbi, intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; (yang) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.
Kecerdasan intelektual menjadi pelengkap dari dua kecerdasan lainnya. Kecerdasan ini terletak pada akal manusia yang berada di otak. Ia akan menyaring berbagai informasi dan diserap ke dalam otak untuk kemudian direspon oleh tubuh. Akal adalah salah satu nikmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang khusus diberikan kepada manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az-Zumar : 42).
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mempergunakan akal?” (QS Al An’am: 32).
Akal membuat manusia dapat berpikir apa yang harus diperbuatnya. Merenungi segala apa yang ada di muka bumi ini sebagai ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS Al Jatsiyah: 13).
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat tentang akal dan tentang ulul albab. Ulul albab adalah istilah yang mengarah kepada orang yang berakal. Orang yang dikatakan ulul albab adalah orang yang mampu melakukan hal-hal yang benar serta meninggalkan hal-hal yang salah.
Kecerdasan intelektual kerap kali disandingkan dengan seberapa tinggi pendidikan yang ia tempuh. Semakin tinggi sekolahnya, maka ia dapat disebut orang yang berintelektual. Para profesor, doktor, akademisi, dan lainnya sering disebut sebagai orang yang berintelektual. Ia mampu menampilkan suatu tindakan yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu budaya dan tempat. Orang yang berintelektual tidak masuk akal jika melakukan hal yang bodoh seperti menghina orang lain.
Baca buku, berdiskusi, sekolah, berguru, mengajar, dan sebagainya dapat menjadi sebab orang itu disebut berintelektual. Memiliki keahlian khusus dalam suatu bidang, serta keterampilan yang memadai juga dapat disebut sebagai orang yang berintelektual.
Seorang pemimpin yang sukses harus memiliki kemampuan pemahaman yang sangat baik. Ia harus memiliki ilmu di bidangnya dengan baik. Misalnya ia menjadi pemimpin perusahaan yang bergerak di bidang ekonomi. Tentu ia harus memiliki pemahaman keilmuan tentang ekonomi dengan baik. Ia harus mampu menganalisa permasalahan yang ada dan menemukan solusi yang tepat.
Dengan kecerdasan intelektual, maka seorang pemimpin mampu memberikan pemahaman kepada bawahannya tentang apa yang harus dilakukannya. Memberikan pemahaman agar tercapainya segala visi misi yang ada. Ia mampu berkomunikasi dengan harmoni dengan bawahannya, memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dan dilaksanakan.
Jika di skala kan ke dalam persenan, maka saya akan menentukan 60% untuk kecerdasan spiritual, 25% untuk kecerdasan emosional, dan 15% untuk kecerdasan intelektual. Kenapa saya hanya memberikan 15% kepada kecerdasan intelektual? Karena selain kepintaran, orang akan lebih diperhatikan bagaimana akhlaknya bahkan bagaimana kondisi agamanya. Jika agamanya baik, maka orang itu akan cerdas secara emosi dan intelektual.
Demikianlah 3 faktor menjadi pemimpin yang sukses. Perpaduan ketiga kecerdasan di atas menjadi kunci yang sempurna untuk membuka gerbang kesuksesan. Jika seorang pemimpin memiliki ketiga kecerdasan di atas, maka ia akan menjadi pemimpin yang paripurna.
Sekarang saatnya bagi kita, untuk dapat memiliki ketiga kecerdasan ini sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan di masa depan. Sudah siap untuk menjadi pemimpin yang sukses?
Komentar
Posting Komentar