Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...
Mengapa di dunia yang dewasa saat ini, umat Islam masih belum bisa bersatu seutuhnya? Lalu bagaimanakah caranya agar umat Islam dapat menuju Jama'ah yang satu hati? Coba tanya pada diri kita sendiri, apa yang sudah kita (sebagai seorang muslim) lakukan untuk memperjuangkannya? Jika kita lihat sejarah, berkaitan dengan persatuan, Allah SWT telah memberikan contoh kepada hamba-Nya melalui kemenangan Islam saat penaklukkan kota Mekkah (Fathu Mekkah). Ketika Muhammad Al-Fatih bersama pasukannya berhasil menaklukkan kota konstantinopel serta Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil menjadikan masanya menjadi masa keemasan dari sejarah umat Islam. Ya, sejarah mencatat bahwa Islam pernah menguasai 1/3 dunia. Mereka yang telah merasakan keberhasilan adalah jama'ah yang satu hati. Mereka berpegang teguh untuk siap menjalankan segala konsekuensi dari kalimat syahadat. Ia siap berjanji untuk menjalankan Islam secara keseluruhan (Syumuliatul Islam). Ini adalah ‘janji setia...