Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
Indonesia dalam beberapa kurun waktu terakhir, sedang dilanda pandemi COVID 19. Virus ini menyebar dengan cepat ke berbagai daerah di Indonesia, sejak pertama kali ditemukan kasusnya di Depok pada awal bulan maret. Meski tidak terlalu berbahaya menyebabkan kematian, faktanya penyakit ini telah memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Hingga saat ini sudah ratusan ribu orang positif COVID 19 dengan angka kematian ribuan.
Selain virus pandemi, juga terjadi banjir, longsor, gempa bumi, dan fenomena alam lainnya. Dari realita yang terjadi belakangan ini, kita harus tahu terhadap bencana yang terjadi. Ada sebagian manusia yang meyakini ini adalah sebuah ujian, ada yang merasa ini adalah musibah, atau ada sebagian yang secara tidak sadar menerima semua ini sebagai bentuk azab dari Allah. Dimanakan posisi kita? Apakah kita menerima semua ini dapat disebut sebagai ujian, musibah, atau azab dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala?
Hal tersebut dirasa perlu kita renungkan agar diri kita mampu sadar dan menemukan hikmah di balik setiap peristiwa yang terjadi. Perlu juga kita klasifikasikan ke dalam manakah bencana yang terjadi di bumi Indonesia ini? Hal ini agar kita dapat mengetahui perbedaan atara ujian, musibah, atau azab, sehingga dapat menjadi sarana kita mengevaluasi diri dan bertaubat kepada Allah. Indonesia kini: Apakah Ujian, Musibah, atau Azab?
Berikut penjelasannya:
1. Ujian
Satu hal yang harus kita yakini adalah bahwasannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia hidup pasti menerima ujian. Ujian itu ada yang berupa kesedihan dan ada pula yang berupa kesenangan. Jadi, tidak lantas hal-hal seperti sakit, kehilangan sesuatu, dan lainnya, itu dinamakan ujian. Kesenangan seperti, rezeki melimpah, kesehatan yang terjaga, juga merupakan bentuk dari ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 155).
Akal yang Allah berikan kepada kita pun itu menjadi bentuk ujian kepada diri kita. Karena sering kita menjadi bodoh karena akal tidak mampu berpikir menentukan mana yang baik dan yang buruk. Perbuatan maksiat yang kita lakukan adalah salah satu dampak kalahnya hati oleh akal yang telah dikendalikan oleh hawa nafsu.
Hakikatnya Allah menciptakan hati itu suci, bersih dan hati selalu berada dalam kebenaran. Pasti kita pernah ketika ingin melakukan dosa, berkata dalam hati kita untuk menolaknya. Tetapi akal kita yang tunduk oleh hawa nafsu menyebabkan kita akhirnya melakukan perbuatan yang salah.
Semakin banyak kita berbuat maksiat, maka suara hati kita yang benar itu semakin mengecil hingga akhirnya tidak terdengar oleh akal. Orang-orang kafir pun memiliki akal, tetapi akal mereka tidak mampu menerima kebenaran yang datang dari Allah. Allah berfirman,
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ كَمَثَلِ ٱلَّذِى يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَآءً وَنِدَآءً ۚ صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS. Al-Baqarah: 171).
Dalam surah lain, Allah berfirman,
وَٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ مَن يَشَإِ ٱللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَن يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus." (QS. Al-An'am : 39).
Allah dalam memberikan ujian sesuai dengan kadar keimanan hamba-Nya. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah! Siapakah orang yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab, "Para Nabi, kemudian kalangan selanjutnya (yang lebih utama) dan selanjutnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah, maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya." (HR. at-Tarmidzi, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah).
Dikatakan juga, bahwa Allah tidak akan memberikan ujian kepada manusia melebihi batas kemampuannya. Maka, hal yang harus kita lakukan dalam menerima ujian tersebut adalah dengan bersabar.
Sabar dibagi menjadi tiga macam: Sabar dalam melaksanakan perintah dan ketaatan. Sabar dalam menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian yang pahit.
Jadi, klasifikasi dari sebuah ujian adalah tergantung daripada kadar keimanan kita. Seperti ujian para Nabi yang begitu luar biasa berat dan tidak mampu kita menandinginya, tetapi dengan keimanan mereka yang kuat pula, maka ujian itu mampu dilalui dengan sangat baik.
Berbanding terbalik dengan kita, yang memiliki keimanan lemah lalu diberikan ujian sesuai kadar kemampuan kita, tetapi terlalu banyak alasan yang membuat kita malah makin menjaduh dari Allah dan merasa sulit melaluinya hingga berakhir pada putus asa.
Padahal, satu-satunya resep agar kita mudah melaluinya adalah kembali pada Allah dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Bermohon agar dikuatkan dan dimudahkan dalam menyelesaikannya. Kuncinya adalah syukur dan sabar. Kenapa bersyukur? karena dengan ujian lah Allah akan meninggikan derajat kita. Kenapa sabar? karena dengan sabarlah kita akan mampu ikhlas dalam menerima segalanya dan mampu melaluinya dengan baik.
2. Musibah
Musibah artinya adalah kesusahan, kesulitan, kesedihan, ataupun suatu hal yang tidak disukai dan diinginkan. Musibah ini biasanya terjadi karena kesalahan yang manusia perbuat. Kerusakan yang terjadi di muka bumi ini karena ulah tangan manusia, akan berdampak pada suatu fenomena alam yang menjadi musibah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Sura : 30).
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn (Sesungguhnya kami milik Allâh dan kepada-Nyalah kami kembali)’. Mereka itulah yang memperoleh shalawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah:156-157).
Dalam ayat tersebut dengan jelas bahwa musibah yang terjadi itu karena ulah kita sendiri. Dan dalam memberikan musibah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala biasanya tidak pandang bulu terhadap orang yang kafir ataupun orang yang beriman. Bagi orang kafir, musibah itu terasa seperti azab. Sedangkan bagi orang beriman, musibah itu sebagai bentuk peringatan Allah subhanahu wa ta'ala kepada kita untuk dapat bertaubat kepadanya.
Setidaknya ada 4 hakikat musibah untuk orang beriman :
1. Penghapus dosa.
2. Meninggikan derajat.
3. Kita merasa seperti sedang diuji atau Allah subhanahu wa ta'ala sedang melihat kita .
4. Membedakan orang yang jujur dan berdusta dalam keimanannya.
5. Agar kita sebagai hamba-Nya mengadu kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa kecelakaan, kemiskinan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun keduka-citaan bahkan tertusuk duri sekalipun, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan apa yang menimpanya itu." (HR. Bukhari).
Dalam hadits lain, Rasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda, "Tidak satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." (HR. Muslim).
"Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh." (HR. Bukhari).
Dalam menyikapi musibah, ada 4 macam tingkatan manusia. Diantaranya adalah :
1. Gerutu, kesal, marah (refleksinya dengan anggota badan (melukai diri), lisan (menghina), hati (tidak suka).
2. Bersabar (batas minimal seorang mukmin).
3. Ridho (Ikhlas).
4. Bersyukur (paling tinggi).
قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar : 10).
Dari Nabi salallahu alaihi wa salam, beliau bersabda: Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhoi bagimu sebuah pahala kecuali surga." (HR. Ibnu Majah).
Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiallahu'anhu dia berkata, Rasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
"Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika ia mendapat kesenangan ia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan (musibah) ia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya." (HR. Muslim).
Sungguh Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu banyak, Dia tidak akan mendzalimi kita, Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
3. Azab
Azab adalah hukuman bagi penentang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Azab datang ketika kedzoliman yang diperbuat oleh manusia berada pada titik puncaknya. Sudah banyak kisah kaum terdahulu yang mendapat azab dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Diantaranya adalah kisah kaum Nabi Luth alaihisalam yang diberi azab karena perbuatan mereka yang menyukai sesama jenis (LGBT), kaum Nabi Musa alaihisalam yang mana dengan pemimpin nya fir'aun mengaku sebagai Tuhan dan hendak membunuh Nabi Musa beserta pengikutnya. Kaum Nabi Nuh alaihisalam yang ditenggelamkan dengan banjir besar karena tidak mau beriman dan melawan Nabi-Nya, dan kisah-kisah lainnya.
Firman Allah,
فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ . مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ ۖ وَمَا هِىَ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ بِبَعِيدٍ
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang dzolim." (QS. Hud : 82-83).
Kemudian dalam ayat lain, Allah juga telah memperingatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar waspada terhadap fitnah yang akan mendatangkan azab kepada mereka karena perbuatan orag-orang dzolim atau orang-orang kafir,
وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
"Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzolim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 25).
Melihat realita belakangan ini, berbagai bencana yang terjadi di Indonesia, para pemimpin yang dzalim, para rakyat yang juga semakin menjauh dari Allah. Bisa jadi sebab azab dari Allah kepada kita. Allah Subhanahu Wa Ta'ala ingin menunjukkan pelajaran penting kepada kita bahwa bencana-bencana itu terjadi karena kemaksiatan, dan kedzoliman sudah mencapai puncaknya atau juga diamnya orang-orang sholeh.
وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَدْنَىٰ دُونَ ٱلْعَذَابِ ٱلْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. As-Sajadah : 21).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan yang dimaksud dengan azab yang dekat ialah musibah-musibah di dunia, segala macam penyakit dan malapetakanya, serta semua cobaan yang menimpa keluarganya, azab kubur, paceklik, dan berupa cobaan yang biasa Allah ujikan kepada hamba-hamba-Nya.
Demikian penjelasan antara ujian, musibah, dan azab. Penjelasan ini tentu masih belum komprehensif, tetapi semoga saja dapat membuka pikiran kita terhadap ketiga hal diatas dalam menghadapi fenomena yang terjadi saat ini bahkan dalam menghadapi segala bentuk takdir dari Allah.
Pahamilah bahwa segala ujian (cobaan), musibah, dan azab yang kita rasakan, kesemuanya adalah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, seperti dalam firman-Nya,
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala." (QS. At-Tagabun : 11).
Mari kita mengambil segala hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kepada diri kita. Yakinlah bahwa virus ini datangnya dari Allah, dan segala yang datang dari Allah adalah kebaikan.
Renungkan terhadap apa yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan senantiasa bersabar, bersyukur, dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala melindungi diri kita, orang-orang tersayang kita, dan segera mengangkat wabah penyakit ini dari bumi-Nya, serta meninggikan derajat kita di sisi Allah. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar