Pembukaan acara berlangsung dengan khidmat karena diawali
dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh saudara Nafis. Acara dilanjutkan
dengan pembacaan tata tertib oleh Kepala SPI Jakarta dan diskusi tanya jawab
dengan peserta serta pemaparan materi oleh Kepala SPI Pusat, Akmal.
“Perkenalkan, saya Chandra Yudhangkara, kepala SPI
Jakarta. Pada pertemuan perdana ini kita akan membahas seputar tata tertib dan seputar
SPI. Mari kita buka perkuliahan kita dengan lafadz basmallah ‘bismillahirrahmaanirrahiim’,”
ujar pria yang bekerja di industri kopi sebagai supply and demand dalam
pembukaannya.
Dalam diskusi tanya jawab, Founder SPI, Akmal, menjelaskan tentang tafsiran beberapa point tata tertib, salah satunya terdapat
pada point ke 4 tentang ‘tidak diperkenankan untuk merekam atau menscreenshot
presentasi materi yang disampaikan oleh narasumber, dan tidak diperkenankan
menyebarluaskan materi perkuliahan kepada pihak lain atas nama SPI.’ Hal
tersebut menurutnya sebagai bentuk antisipasi agar para peserta tidak salah
paham ketika menyebarluaskan informasi pembelajaran dari SPI kepada pihak luar
dan sebagai bentuk adab dalam menuntut ilmu.
Pemilik akun instagram @malakmalakmal ini juga
menjelaskan sejarah SPI. “SPI lahir pada tahun 2014 dengan nama SPI ITJ
(Sekolah Pemikiran Islam #IndonesiaTanpaJIL). Pada tahun 2015, SPI berpisah
secara struktural dengan ITJ dan membuka cabang di Jakarta dan Bandung. SPI
didirikan sebagai respon intelektual menghadapi pemikiran yang mendera umat
Islam masa kini. SPI memiliki visi sebagai lembaga pendidikan yang
berkontribusi membangkitkan kembali tradisi ilmu untuk mengembalikan kejayaan
peradaban Islam. Selanjutnya SPI juga memiliki misi diantaranya adalah
memberikan kajian-kajian strategis yang terencana dan terstruktur dengan baik
untuk menjawab kebutuhan umat sesuai dengan zamannya, menyelenggarakan
pendidikan untuk generasi muda muslim yang diyakini dapat mempelopori perubahan
positif dengan cepat, dan berperan aktif untuk mempererat Ukhuwah Islamiyah
dengan mengembangkan adab yang baik diantara para aktivis dakwah Islam,” papar
Akmal secara panjang lebar.
Dalam acara yang bertemakan pendahuluan ini juga
dijelaskan tentang kurikulum dan metode yang digunakan oleh SPI.
“Kurikulum perkuliahan saat ini ada 20
materi yang dibagi ke dalam 2 semester. “Kuliah diselenggarakan pekanan dengan
waktu dua jam. Sarana; proyektor, ruang kelas. Kemudian dua tugas menulis untuk
setiap materi yaitu reportase dan karya tulis ilmiah, reportase yang dianggap
bagus akan dikirimkan ke situs-situs berita Islam, diskusi sambil menginap
sebagai penutup semester pertama, lanjut setelah itu rihlah yang berkegiatan di
luar kota sebagai penutup. Terakhir ada SG yang diperuntukkan umum,” lanjut penulis
buku Islam Liberal 101 ini lagi.
Pada tahun 2021, SPI menyelenggarakan dua kursus singkat
di bulan Februari. Pertama SPI Jakarta angkatan ke-11 dan SPI Bandung angkatan ke-7.
Hal itu disampaikan oleh Akmal Syafril, Kepala SPI Pusat, dalam wawancara via
aplikasi Whatsapp pada Kamis (04/02/21) sore.
“Sepanjang tahun 2020 kami putuskan tidak
membuka kelas, kecuali SPI Bandung angkatan ke-6 yang terlanjur dimulai sebelum
pandemi. Memang idealnya, menurut adab yang benar, belajar itu harus melalui
tatap muka. Tetapi karena pandemi belum berakhir, sedangkan kebutuhan umat
semakin bertambah, maka kami putuskan untuk membuka kelas di tahun 2021 ini
secara daring. Ini tidak ideal, tapi sesuai dengan kemaslahatan,” ujar Akmal.
Meski dilakukan secara daring, hal tersebut
tidak menyurutkan antusias masyarakat untuk daftar SPI. Terlihat dari jumlah
peserta yang lolos seleksi perkuliahan yang tidak mengalami penurunan.
“Tidak menurun, kurang lebih sama seperti
angkatan-angkatan sebelumnya, yaitu 80-an orang,” tambah Akmal dalam wawancara
tersebut.
Pada SPI Jakarta angkatan ke-11, terdapat 86 peserta yang
lolos seleksi. Latar belakang dari para peserta pun beragam, ada yang seorang
ibu rumah tangga, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintahan, ataupun aktivis
Islam. Menariknya, ada salah satu komunitas yang bahkan 8 orang anggotanya lolos
seleksi pada SPI Jakarta angkatan ke-11 ini. Hal tersebut diungkapkan oleh
Annisa Nurul Hidayah, salah satu peserta anggota komunitas Muda Berdakwah,
dalam wawancara via aplikasi Whatsapp pada Rabu (03/02/21) malam.
“Menurut saya, Irfan Dzulhijj selaku ketua
umum komunitas Muda Berdakwah mengarahkan para anggotanya untuk bisa mengikuti
SPI ini dengan tujuan untuk menambah intelektual tentang zaman ini dan bisa
memahami permasalahan atau isu-isu yang terjadi. Bahasa gaulnya ‘ya lo harus
kritis tentang keadaan saat ini,’ ujar wanita yang berkuliah di STID DI
Al-Hikmah Jakarta.
Hal senada juga disampaikan oleh ketua umum
komunitas Muda Berdakwah pada kesempatan lain saat ditanya oleh anggotanya
perihal tersebut.
Komentar
Posting Komentar