Langsung ke konten utama

3 Faktor menjadi Pemimpin yang Sukses

  Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan.  Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...

5 Cara Menguatkan Ukhuwah Islamiyah


Sesungguhnya Islam itu mempunyai kaidah-kaidah (sistem) pendidikan yang istimewa yang berdiri tegak di atas dasar-dasar kejiwaan yang kokoh pada setiap jiwa para pemeluknya. Sistem ini adalah sistem pendidikan yang kekal, dimana tidak akan sempurna upaya pembentukan kepribadian yang islamis kecuali dengan merealisasikan konsep tersebut dengan menanamkan akar-akar tersebut dalam jiwa setiap individu maupun masyarakat, dan dengan membangun masyarakat Islam atas dasar saling tolong menolong yang menguntungkan dimana diantaranya terdapat ikatan yang kokoh, etika yang tinggi, serta rasa kasih sayang.

Dan diantara yang merupakan akar-akar terpenting menuju tegaknya Islam sehingga darinya pula terbentuk masyarakat Islam yang diharapkan adalah persaudaraan dan kecintaan karena Allah, dimana ukhuwah Islamiyah ditempatkan sebagai keterkaitan hakiki yang mengalahkan keterkaitan atas ikatan lainnya.

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Al-Imran : 103).

Berikut ini, saya ingin berbagi sedikit tentang 5 cara menguatkan Ukhuwah Islamiyah menurut pendapat saya sendiri. Semoga bermanfaat

1. Menguatkan Keimanan

Hal pertama dan harus utama dalam menguatkan Ukhuwah Islamiyah adalah dengan menguatkan keimanan. Dengan kuatnya keimanan yang terdapat pada tiap individu muslim, maka akan terjalin suatu ikatan keimanan. Ikatan keimanan itu bermakna sangat luas karena meliputi segala aspek kehidupan. Ia meliputi hidup dan mati seseorang. Orang yang mati tanpa iman, maka akan masuk ke dalam neraka. Tak dapat dipungkiri bahwa konsekuensi ikatan ini begitu berat. Apalagi kita sebagai kader dakwah yang telah mengetahui konsekuensi ini tentu lebih berat pertanggung jawabannya di akhirat.

Kita bisa lihat bagaimana ikatan yang terjalin antara Kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan ikatan ini, mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya dibandingkan kepentingan pribadinya. Karena ikatan ini datangnya dari Allah, ikatan ini sangat kokoh. Dan salah satu hal yang akan selalu terjalin dari ikatan keimanan ini adalah saling mendoakan satu sama lain. Orang yang terikat atas dasar keimanan akan saling mendoakan ketika dekat atau jauh. Bahkan tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Sungguh indah ikatan yang terjalin karena atas dasar keimanan.

Jadi, untuk dapat menguatkan Ukhuwah Islamiyah yang pertama adalah kuatkan keimanan kita kepada Allah yang mana dengan sendirinya akan membentuk sebuah ikatan keimanan yang kokoh dengan sesama orang beriman. Karena hanya Allah lah yang memiliki hati tiap-tiap orang yang beriman

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًامَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan (Dialah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal : 63).

2. Saling Menjaga Kepercayaan

Kemudian, ada saling menjaga kepercayaan yang menjadi point bersama. Ketika kita ingin menguatkan Ukhuwah Islamiyah, maka kepercayaan terhadap sesama menjadi penting.

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَه

"Tidak ada iman bagi yang tidak ada amanat padanya (menjaga amanat) dan tidak ada agama bagi yang tidak ada janjinya baginya (memenuhi janji)." (H.R. Imam Ahmad).

Dan salah satu yang menjaga sebuah kepercayaan agar tidak mudah retak adalah sikap tabayyun. Tabayyun ini adalah sebuah langkah untuk menjaga kepercayaan ditengah zaman yang penuh fitnah ini. Kemudian hal lain adalah saling menutup aib sesama saudara. Ini menjadi urgent karena dalam sabdanya, Nabi SAW bersabda :

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

"Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat." (HR. At-Tarmidzi).

Dengan percaya pun kita akan meminimalisir prasangka buruk dan akan mengedepankan prasangka baik. Pada akhirnya, akan tercipta sebuah keharmonisan dalam sebuah sinergitas dan optimalisasi kinerja karena satu sama lainnya merasa aman dan nyaman dalam menjalankan tugasnya. Begitulah seharusnya para da’i untuk bersikap. Saling percaya, dan kepercayaan ini terbangun atas dasar keimanan. Bukan karena fanatisme golongan, suku, dan lainnya yang mudah sekali roboh. Karena jika sudah atas dasar keimanan, maka kita akan tahu konsekuensi dari sifat munafik dan akan berhati-hati.

Para pendahulu kita merasa kasihan kepada ahlul fitnah, lalu memperingatkan mereka dari bahaya buruk yang akan menimpa mereka. Hudzaifah bin al-Yaman berkata:

"Jauhilah berbagai fitnah. Janganlah sampai ada orang yang terlibat di dalamnya. Demi Allah, siapa saja yang terlibat di dalamnya pasti akan dihancurkannya, seperti banjir yang menghancurkan tanah humus."

3. Senang Bermusyawarah

Syura adalah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan diketahui berbagai aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan.

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ

"Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya." (QS. Al-Imran : 159).

Syura atau musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari para ahli tentang suatu masalah, juga meminta penjelasan, memahami dan menguji segi-segi permasalahan dengan bantuan pendapat orang lain. Kita bisa lihat bagaimana saat perang ahzab Rasulullah menerima pendapat Salman Al-Farisi untuk membuat parit. Sehingga peperangan dapat dimenangkan oleh kaum Muslimin.

Dalam musyawarah ini tentu banyak hikmah yang dapat diambil meskipun hasilnya kita rasakan kurang baik. Contohnya seperti perang uhud yang mana Rasulullah SAW mengalah dan mengikuti hasil syuro’ untuk tetap keluar Madinah untuk menemui kaum Kafir. Meski akhirnya di perang uhud kalah, tapi Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita betapa pentingnya dan betapa beliau berkomitmen atas hasil musyawarah ini dan hakikatnya dalam menyelesaikan permasalahan.

Maka dalam menguatkan Ukhuwah Islamiyah musyawarah menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan ketika mendapati sebuah permasalahan. Hal ini juga yang akan mengurangi sikap otoriter yang cenderung kepada sikap dzalim. Dan di dalam musyawarah pula, peran pemimpin menjadi penting karena hasil syuro’ adalah bukan hasil demokrasi atau suara terbanyak. Tapi bagaimana menemukan hasil terbaik dari berbagai pendapat dan itu menguji keadilan dan sikap bijak dari pemimpin.

4. Menghormati dan Menghargai Perbedaan atau Keberagaman

Hal selanjutnya yang mesti kita perhatikan bersama adalah menghormati dan menghargai perbedaan atau keberagaman. Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda karena mempunyai tujuan yang mana Dia sendiri yang menjelaskannya di dalam firman-Nya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).

Tujuannya adalah taqwa. Itulah yang menjadi satu kesatuan yang dinilai oleh Allah SWT. Ketaqwaan menjadi nilai tertinggi dalam diri manusia. Perbedaan suku, budaya, dan lain sebagainya akan tidak ternilai jika dibandingkan dengan ketaqwaan. Dan itulah kemuliaan yang ada dalam diri manusia.

Maka dari itu, menghormati dan menghargai perbedaan menjadi hal yang penting dalam penilaian menjadi manusia taqwa. Ini pun yang menjadi parameter keberhasilan dari manusia sebagai makhluk sosial. Karena dengan adanya sikap menghormati dan menghargai ini, tidak akan muncul perasaan benar sendiri dan mendzolimi orang lain.

Namun satu hal yang harus kita perhatikan bahwa kita harus mengetahui perbedaan antara haq dan bathil. Yang mana kita harus mempunyai sikap tegas terhadap itu. Yaitu sikap menolak kebathilan. Maka dari itu, fiqh dakwah menjadi sangat penting pada bab ini.

Jangan memaksakan kehendak untuk terus sama, karena tiap orang punya sudut pandang nya sendiri dan jangan sampai perbedaan atau keberagaman malah membuat perpecahan. Menguatkan Ukhuwah Islamiyah juga dapat menjadi jalan untuk menuju Persatuan.

5. Berhati-hati Terhadap Penyakit Hati dan Hawa Nafsu

Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah memperingatkan bahaya penyakit hati ini dengan lebih dahulu memerintahkan kita agar menepati janji. Sebagaimana dalam firman-Nya:

وَأَوْفُوا۟ بِعَهْدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا۟ ٱلْأَيْمَٰنَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ ٱللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedangkan kamu sudah menjadikan Allah sebagai saksimu terhadap sumpah-sumpah itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang kamu perbuat." (QS. An-Nahl : 91).

Jadi, untuk menguatkan Ukhuwah Islamiyah, kejujuran itu juga menjadi faktor yang penting. Dan ini sebagaimana telah dijelaskan di bab ‘saling percaya’ mampu menghilangkan sifat munafik.

Kemudian dalam menghadapi hawa nafsu, Setan menentang prakarsa seorang dai atau anggota yang memperbarui tekadnya untuk melakukan keta’atan. Melalui hawa nafsulah setan itu menghasut dan merasuki manusia. Ia akan menumbuhkan prasangka bahwa ketaatan itu akan membuatnya meninggalkan suatu kebenaran yang diyakininya.

وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ

"Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir." (QS. At-Taubah : 125).

Salah satu rahasia kekuatan semua Jama’ah terletak pada penyerahan mayoritas kepada kelompok kecil yang memimpin dan menggariskan jalan. Inilah yang dimaksud juga dalam jama’ah ada sistem yang terstruktur. Seperti perkataan yang terkenal :

"Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir."

Seorang da’i yang ingin menguatkan Ukhuwah Islamiyah sudah seharusnya berhati-hati terhadap berbagai penyakit hati ini. Contohnya seperti, ingkar janji, riya, hasud, dengki, pemarah, dendam, pelit, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut akan merusak ekosistem kehidupan berjama’ah yang menyebabkan hubungan tidak akan memburuk. Hal-hal itulah yang akan merusak amal kita dan bahkan mampu merusak Ukhuwah Islamiyah.

Selain itu, penyakit hati yang tumbuh dan berkembang di diri manusia adalah sebagai bagian dari penurutan hawa nafsu dan pembangkangan terhadap ketaqwaan. Keimanan seorang yang selalu menuruti hawa nafsu itu lemah. Ia akan mudah masuk ke dalam tubuh dan menjadi penyakit. Maka dari itu, mengetahui hakikat dari penyakit hati dan hawa nafsu menjadi penting untuk dapat bersikap hati-hati terhadapnya.

Demikianlah 5 cara menguatkan Ukhuwah Islamiyah yang dapat saya rangkum, mari kita berusaha mengamalkan cara-cara tersebut dengan baik. Karena sejatinya kita umat Nabi Muhammad SAW. 

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath : 29).

Semoga Allah berikan taufiq hidayah-Nya kepada kita semua serta menyatukan hati-hati kita dengan saling cinta karena Allah dan dapat bersama di surga-Nya. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Faktor menjadi Pemimpin yang Sukses

  Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan.  Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

10 Kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup (Bagian 1)

Serial Naruto adalah komik dan animasi yang berasal dari Jepang. Serial yang pertama kali terbit pada tahun 1999 ini sebenarnya telah tamat pada tahun 2014 untuk manga nya, dan 2017 untuk seri anime nya. Serial ini merupakan karya dari seorang Mangaka Jepang yang bernama Mashashi Kishimoto. Baik itu versi manga nya atau anime nya, seri Naruto menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia karena memiliki jumlah penggemar yang begitu banyak. Bahkan di Indonesia, seri Naruto menjadi salah satu seri terpopuler yang bukan hanya disukai anak-anak, tapi remaja dan dewasa. Jalan cerita yang sangat menarik, membuat seri Naruto memiliki daya tarik yang luar biasa. Sepanjang perjalanannya, banyak pesan-pesan moral yang dapat diambil dari serial ini. Berikut 10 kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup: 1 . Pengorbanan Orangtua (Minato dan Kushina) Naruto dibesarkan tanpa peran kedua orang tuanya yang telah meninggal ketika ia masih kecil. Minato merupakan hokage ke empat di desa Kono...