Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
Ini merupakan seri lanjutan dari tulisan saya yang sebelumnya. Memang tidak ada bagian 1 atau 2. Karena memang terpisah judulnya. Tapi sebenarnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Tulisan sebelumnya adalah sebagai pengantar dan menjadi pertanyaan 'Ngapain menulis tentang ini?' Nah untuk kali ini, insyaAllah menjadi isi dan jawaban dari pertanyaan sebelumnya.
Saya merangkum setidaknya adalah 10 point hikmah yang dapat saya ambil dari kisah mas Sabar, pak Ngalam dan keluarga besarnya. Sebelum itu, saya ingin menambahkan nama tokoh yang terlibat pada kisah ini. Tambahan pertama adalah istri mas Sabar yang saya samarkan namanya menjadi mba Tuh. Nah langsung saja, ini dia 10 hikmah yang dapat saya ambil dari 'masalah' yang dihadapi oleh mas Sabar, pak Ngalam, dan mba Tuh beserta orang-orang yang terlibat di dalamnya.
1. Waspada Penipuan, Jangan Terlalu Polos!
Masalah yang dihadapi oleh mas Sabar itu, dimulai dari kasus penipuan. Jadi mas Sabar ditipu oleh seseorang yang meminta bantuan kepadanya. Orang ini kita sebut saja mr. Jahat, awalnya mr. Jahat ini meminta bantuan kepada mas Sabar untuk mengantarnya menemui mertua mas Sabar yang seorang pedagang.
Saat itu, posisinya mas Sabar sedang berada di dekat rumahnya. Lalu datang mr. Jahat (seorang penumpang) dengan pak. Ojo (ojek pangkalan) untuk meminta bantuan ke mas Sabar agar ditemukan dengan mertua mas Sabar. Pak Ojo pun mempersilahkan mas Sabar untuk memakai motornya untuk mengantar mr. Jahat. Pak Ojo, menunggu dengan tenangnya.
Sebenarnya, mr. Jahat ini berpura-pura sebagai penumpang dari pak Ojo (pemilik motor). Sesingkat-singkatnya cerita, mas Sabar ini menyerahkan motor yang bukan miliknya kepada Mr. Jahat. Entah apa yang terjadi, apakah di hipnotis atau memang yang lain faktornya. Intinya mah dari kisah ini, saya mau bilang Waspada Penipuan, Jangan Terlalu Polos!
Jadi orang, boleh banget dan bagus banget jadi baik. Tapi waspada juga harus ada dalam diri kita. Ini jadi pembelajaran banget buat kita, apalagi dengan orang yang baru banget dikenal. Kita perlu ada 'self-defense'. Ini bukan bentuk seudzon, tapi waspada. OK YA?!
2. Aqidah Ternyata yang Paling Utama
Setelah mas Sabar ditipu oleh mr. Jahat, segera ia melaporkan ke istrinya, mba Tuh dan juga polisi. Tapi apa daya, sang istri tercinta ternyata tidak mau 100% menolong suaminya yang sedang 'bermasalah' ini. Naudzubillah. Apa sebenarnya masalahnya?
Yap, ternyata aqidah ini sebenarnya menjadi yang paling utama dalam permasalahan ini. Memang benar bahwa aqidah harus menjadi yang paling utama ada dalam diri kita. Saya melihat dari kasus ini tuh, masalahnya jika aqidah mas Sabar, pak Ojo, dan mr. Jahat itu baik. Maka tidak akan ada yang namanya kasus penipuan seperti ini. YA GAK?
Kan mencuri itu dosa. Apalagi dengan mencuri kan menyusahkan orang yang barangnya dicuri. Coba pikir lagi deh, gara-gara mr. Jahat mencuri motor, kan sampai sekarang masalah mas Sabar belum selesai. Dosanya mr. Jahat terus mengalir tuh. Ih ngeri.
Lebih paranya lagi, kalau kita masuk ke dalam kasus yang terjadi antara mas Sabar dan mba Tuh. Aqidah ini bagi mereka belum menjadi yang paling utama dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Bagaimana memandang dan bersikap terhadap suatu permasalahan yang mana pasti ada hikmahnya dan ini sebagai bentuk ujian dari Allah. Setiap kesulitan ada bersama kemudahan.
Tolong dibantu orang-orang seperti mr. Jahat ini agar bertaubat. Agar ia tidak berdosa berkali-kali lipat. Ke Allah dosa ke manusia juga salah. Jadi buat kita-kita nih, hati-hati jangan sampe menjadi seperti mr. Jahat.
Kasihan pak Ojo. Dia gabisa ngojek kan kalo gaada motor. Apalagi mas Sabar, yang harus ganti rugi dan sekarang ia menjadi punya masalah dengan istrinya. Aqidah Ternyata yang Paling Utama dalam berkehidupan. Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Setiap perbuatan baik akan dibalas baik pula dan perbuatan buruk akan dibalas buruk pula. Yakin udah siap masuk neraka? Yuk bersama-sama menjadikan aqidah yang paling utama dalam berkehidupan kita di dunia.
Dan ingat, kalau cari pasangan itu yang aqidahnya bener atau lurus. Jadi memandang permasalahan itu dengan sudut pandang yang baik. Menganggap ini semua sebagai ujian dari Allah yang mana pasti Allah tidak dzalim kepada hamba-Nya. Akhirnya, kehidupan keluarga tetap harmonis dan sakinah. Masa masalah kehilangan motor berakhir keributan besar rumah tangga?
3. Akhlak Mulia Menjadi Buktinya
Nah, jika aqidah sudah menjadi yang paling utama dalam berkehidupan kita di dunia, langsung aja saya katakan bahwa Akhlak Mulia Menjadi Buktinya. Tidak mungkin jika aqidahnya baik tapi akhlaknya buruk. Berlawanan banget.
Seperti kasus yang terjadi pada keluarganya mas Sabar dan istrinya mba Tuh. Jadi gini, pada suatu ketika, mba Tuh ditelfon oleh pak Ngalam. Di telfon, mba Tuh bersuara dengan keras bahkan seperti bentak-bentak. Pokoknya kurang sopan deh seorang akhwat berbicara seperti itu dengan mertuanya. Teeettt dah gitu aja.
Jadi hikmahnya adalah biasanya memang kita dilanda oleh permasalahan atau ujian yang beraneka ragam. Skalanya kecil sampai paling besar. Tapi kita bisa mengukur kualitas iman atau aqidah kita itu dengan Akhlak Mulia menjadi Buktinya.
Orang yang berakhlak mulia, jika sedang marah atau kesal tentu dapat mengendalikan diri. Tidak bentak-bentak, dan akhlak mulia yang lain. Seseorang yang suka mengaji, memiliki ilmu yang tinggi, pengusaha yang sukses, menjadi pejabat negara, atau menjadi apapun, tidak akan dikatakan sukses jika memiliki akhlak yang buruk.
Buktinya, di Indonesia masih banyak pejabat yang korupsi. Masih banyak pengusaha besar yang menindas kaum lemah, seorang profesor yang menyesatkan masyarakat dengan pemikirannya, dan contoh akhlak buruk lainnya.
Begitu pun dalam kehidupan berumah tangga. Jika seorang laki-laki sedang mencari perempuan untuk dijadikan istrinya, carilah yang berakhlak mulia. Pasti dengan itu ia memiliki pemahaman agama yang baik. Sang istri akan menjadi sebaik-baik perhiasan di rumah. Menentramkan hati dan patuh sepenuh hati.
Jika seorang perempuan sedang mencari laki-laki untuk dijadikan istrinya, maka carilah yang akhlaknya baik. Pasti dengan itu ia akan menjadi sebaik-baik pemimpin bagi keluarganya. Melindungi, menafkahi, dan bertanggung jawab dengan seluruh jiwa raganya.
4. Bukan Asal Menikah tapi Butuh Ilmu Pernikahan, Setuju?
Mas Sabar dan istri, termasuk ke dalam salah satu pasangan yang memang masih belum terlalu matang secara ilmu pernikahan. Kenapa? Ya karena dengan ujian seperti ini terlihat semuanya.
Ini menjadi pembelajaran bagi para muda-mudi yang hendak menikah. Karena pernikahan itu adalah ibadah terlama, maka persiapannya harus sebaik mungkin. Gak baper dikit, minta segera dihalalin.
Suami seperti seorang nahkoda yang menjalankan sebuah kapal, istri yang menemaninya berlayar. Tentu harus punya bekal yang banyak untuk dapat melewati lautan luas dengan badai yang ganas. Bukan hanya soal pangan, sandang, pangan tapi Ilmu pernikahan pun sama juga. Bagaimana mentalnya ketika menghadapi sebuah masalah. Kuat atau lemah. Berjuang atau menyerah. Itu semua termasuk ke dalam ilmu pernikahan.
Masih banyak lainnya tentang ilmu pernikahan. Itu semua harus dipersiapkan. Karena menikah adalah mempersatukan dua insan yang berbeda. Dengan tujuan surga. Pastikan memiliki ilmu yang cukup sebelum menapaki jalan pernikahan. Jadi, Bukan Asal Menikah tapi Butuh Ilmu Pernikahan, Setuju?
5. Kesabaran yang Kokoh Menjadi Kuncinya
Di tengah-tengah moment pertemuan kami, pak Ngalam sedikit berbagi kisah masa lalunya dengan sang istri. Ia bercerita 'istri saya tuh sabarnya bukan main kepada saya, sabar banget!' ujar pak Ngalam. 'Kalau beliau tidak sabar ngadepin saya, pasti ga akan bertahan sampe sekarang. Udah lebih dari 23 tahun' pak Ngalam melanjutkan.
'Iya benar, ibu saya itu sabar banget. Saya kagum' sahut mas Sabar. Saya pun teringat dengan perjuangan orang tua saya juga yang di rumah. Mereka bahkan sudah lebih dari 25 tahun membangun dan membina rumah tangga. 'Umi saya juga paling sabar tau' bisik saya dalam hati tidak mau kalah.
Mas Sabar ini, baru beberapa tahun menjalani kehidupan rumah tangga dengan istrinya. Sekitar 3-4 tahun. Nah jika dibandingkan dengan orang tua kami, masih jauh sekali. Ibaratnya kalau sedang berolahraga, orang tua kami tuh udah tinggal pendinginan aja setelah berolahraga dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan mas Sabar dan istri belum berkeringat, masih pemanasan ringan.
'Masa waktu itu saya telfon dia, dan dia bilang ke saya 'Saya cape dengan anak bapak' kan kurang ajar banget.' kata pak Ngalam sewot. 'Dia ga sabaran kan berarti, baru diuji begini. Udah merendahkan harga diri anak saya.' lanjut pak Ngalam.
Sekali lagi, menikah adalah ibadah yang lama. Kalau bisa sekali seumur hidup dan jangan sampai bercerai karena hal itu dibenci oleh Allah. Menikah tidak selalu tentang kesenangan tapi di dalamnya ada juga kesulitan, kesusahan, dan ketakutan-ketakutan lain yang sebenarnya tidak ingin kita rasakan tapi pasti dirasakan.
Jadi, Kesabaran yang Kokoh Menjadi Kuncinya untuk dapat bertahan untuk waktu yang lama dan menjaga kualitas hubungan dalam berumah tangga. Bedakan ya, sabar seorang jomblo dengan yang sudah menikah! Sudah siapkah sabar berumah tangga?
Jadi, Kesabaran yang Kokoh Menjadi Kuncinya untuk dapat bertahan untuk waktu yang lama dan menjaga kualitas hubungan dalam berumah tangga. Bedakan ya, sabar seorang jomblo dengan yang sudah menikah! Sudah siapkah sabar berumah tangga?
6. Kerja Keras Seorang Suami Istri Seperti Apa?
Ini sih terkait juga dengan ilmu pernikahan ya. Pembagian tugas dalam berumah tangga. Suami mencari nafkah, istri menjaga rumah. Suami bekerja menjemput rezeki, istri melayani suami dengan baik saat di rumah. Dan macam-macam bentuk pembagian tugas yang terjadi dalam rumah tangga.
Meskipun suami bekerja di luar rumah, tapi bantu lah istri beberes rumah. Istri juga tidak diharamkan mencari nafkah di luar, selama mendapat izin dari suami dan tidak melanggar syariat Islam. Saling membantu, tolong-menolong, dan saling pengertian. Nah, disinilah pentingnya kerja keras.
Pasangan yang malas-malasan pasti mendikotomi peran suami-istri. Suami cuma cari uang, istri di rumah aja. Bentuk lain dikotomi peran yang sering terjadi juga dapat menjadi contohnya. Hati-hati juga dengan pemikiran yang menyimpang seperti istri itu perlu berkarir tinggi di luar rumah. Suami diem-diem aja di rumah tidak perlu kerja kalau istri sudah kerja. Ini kan bertentangan dengan tugas utama suami-istri. Contoh lain dua-dua nya kerja, hingga saat ketemu hanya saat cape bahkan saat punya anak, anaknya jadi terlantar. Naudzubillah.
Mas Sabar ini, seorang pekerja keras. Seluruh penghasilan kerja nya diserahkan oleh istri untuk dikelola. Istrinya, menjaga rumah dan mengasuh 2 anak mereka yang masih balita. Ini termasuk kerja keras juga yang mereka lakukan.
Tapi, dari kesemua itu Kerja Keras Seorang Suami Istri Seperti Apa? Ya, seperti yang telah terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadits. Sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kerja keras yang ikhlas tidak akan menjadikan orang menjadi 'penuntut' tapi 'pejuang'.
Sukses tidaknya kerja keras yang kita lakukan, jika itu ikhlas. Maka, tidak akan ada kata menyerah di tengah perjuangan. Siap?
7. Kematangan Emosional itu Perlu Biar Tidak Salah Baper
'Saya dulu tuh sempet curiga dengan istrinya. Masa perempuan nyamperin laki-laki. Dateng kesini dua orang. Saya tanya mau ngapain? nyariin anak saya. Ini lagi, kamu (mas Sabar) udah buta karena cinta, jadi kurang bisa mengenal dengan baik perempuan. Udah ngebet mau nikah' tegas pak Ngalam bercerita.
'Dulu tuh dia, baik banget datang kesini. Terlihat shalihah. Sopan. Tapi ternyata setelah tau seperti ini, saya ga nyangka. Kasian kamu (mas Sabar) udah keduluan baper olehnya' lanjut pak Ngalam.
Ternyata Kematangan Emosional itu Perlu Biar Tidak Salah Baper. Karena kondisi sebelum menikah dengan sudah itu berbeda. Beneran dah. Katanya gitu, saya kan belum menikah.
Terlihat juga sih dari cerita pak Ngalam dan realitas yang terjadi sekarang.
Bisa saja, seorang istri menjadi tidak terkontrol bicaranya karena emosinya belum matang. Masih labil. Tak terkecuali bagi seorang suami. Suka main fisik saat ada masalah itu juga karena emosinya belum matang. Sering tuh terjadi seperti istri yang cemburu dengan suaminya. Akhirnya ngambek dan bicara yang kurang baik. Akhirnya menyulut emosi suaminya dan akhirnya memukul istrinya. Naudzubillah.
Jadi buat saya eh buat semua deng. Bawa perasaan itu sebenarnya baik. Tapi kalau salah penempatan itu jadi tidak baik dan ini berkaitan dengan kematangan emosional. Kita menjadi kendali pada diri kita, bukan orang lain.
8. Menikah itu Menyatukan Keluarga Besar
Saya melihat, kasus ini sudah menjadi seperti 'perang' keluarga besar pak Ngalam dengan keluarga besar mba Tuh. Karena pak Ngalam tidak menerima perlakuan keluarga besar mba Tuh terhadap anaknya, mas Sabar yang merendahkan harga dirinya sebagai seorang suami dan bahkan laki-laki. Mba Tuh juga tidak menerima sikap mas Sabar yang belum menjadi suami terbaik sesuai keinginannya.
Memang, yang menikah itu adalah mas Sabar dan mba Tuh. Tapi, jangan lupakan juga keluarga besar keduanya. Pernikahan mereka berarti pula penyatuan keluarga besar. Menikah itu Menyatukan Keluarga Besar, bukan sekedar kedua mempelai yang berada di pelaminan. Jaga hubungan baik antara keluarga besar agar tidak berpisah. Jaga kepercayaan dan saling menghormati. Apalagi dengan orang tua masing-masing pasangan.
Karena meskipun keadaan rumah tangga kita baik, tapi hubungan keluarga besar kita kurang baik dan tidak saling menjaga? Pasti akan berpengaruh terhadap keberlangsungan rumah tangga kita. Disini juga perlu ada batasan-batasan yang mengatur tentang 'ikut campur' keluarga terhadap rumah tangga kita agar tidak terkesan 'mengintervensi'. Ingat itu!
9. Komunikasi yang Baik antar Pasangan
Mungkin ada pesan yang tidak tersampaikan dengan baik yang dilakukan oleh mas Sabar, mba Tuh, pak Ngalam, dan keluarga besarnya. Sehingga hubungan menjadi renggang, silaturrahim tidak berjalan, dan akhirnya mencoba mencari jalan keluar perceraian. Naudzubillah.
'Sampai sekarang, sudah lebih dari 4 hari ya. Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis. Si dia (mba Tuh) belum menghubungi kami. Saya menunggu itu. Permintaan Maaf. Paling tidak hubungi kami, tanyakan kabar. Kan ini engga. Berarti sudah tidak perduli dia. Kamu (mas Sabar) sudah dianggap sampah!' Kesal pak Ngalam.
Jalin Komunikasi yang Baik antar Pasangan. Jangan diem-dieman. Boleh lah kalau ada masalah, diem dulu sebentar. Ambil wudhu, shalat, doa. Abis itu bicara deh tentang masalahnya. Jika point-point di atas sudah dilaksanakan dengan baik, insyaAllah komunikasi akan berjalan baik.
Seorang suami, harus menerima masukan dari istri. Lalu seorang istri, harus mematuhi apa kata suami dalam hal yang baik. Saat terjadi masalah, carilah jalan keluar bersama. Bukan saling menyalahkan dan merasa yang paling benar. Itu sih yang saya liat dari kisah mas Sabar dan istri. Karena saya sendiri belum punya pasangan.
Mereka komunikasinya kurang baik. Memang ada saja miss komunikasi, tapi kembali lagi bagaimana kita mencari jalan keluar bersama dengan memperbaiki komunikasi bersama. Kalau bisa komunikasi yang baik dilakukan juga dengan melibatkan Allah. Jadi, lebih tenang karena Allah ada bersama dengan rumah tangga kita.
10. Jangan Malu Minta Maaf Duluan!
'Sampai sekarang, sudah lebih dari 4 hari ya. Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis. Si dia (mba Tuh) belum menghubungi kami. Saya menunggu itu. Permintaan Maaf.' kata pak Ngalam.
Mas Sabar dan keluarganya pun belum juga meminta maaf kepada pihak keluarga mba Tuh. Jadi disini terlihat seperti adu gengsi. Meski secara kasat mata bahwa mba Tuh dan keluarganya bersalah, tapi tidak ada salahnya mas Sabar dan keluarganya meminta maaf duluan.
Tapi disini, sepertinya tidak semudah itu dilakukan. Karena ini sudah menyangkut tentang harga diri, prinsip dan faktor lain. Kalau saya bisa bilang Jangan malu minta maaf duluan! karena minta maaf duluan itu jiwanya seorang ksatria.
Namanya manusia tidak luput dari salah dan dosa. Khilaf, serta hawa nafsu. Allah saja Maha Pengampun masa hamba-Nya tidak? Padahal dosa kita ke Allah itu sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya. Tapi saat kita bertaubat, insyaAllah akan diampuni.
Sesama manusia, pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi akan indah jika saling memaafkan, dengan itu komunikasi dapat terjalin kembali dengan baik, melembutkan hati, dan menyadari kesalahan (intropeksi diri).
Sering kali gengsi mengalahkan akal sehat. Al-Qur'an dan Hadits telah memberikan petunjuk bagi kita untuk menjadi manusia yang berakal sehat. Ikuti dan perbaiki hubungan kita dengan sesama.
Pada akhirnya, saya meminta maaf apabila ada kekurangan dan kekhilafan dalam tulisan ini. Sejujurnya saya teringat dengan salah satu surah di dalam Al-Qur'an ketika akan membuat tulisan ini, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Karena saya khawatir banyak salah menceritakan kisahnya mas Sabar. Maaf ya mas.
Ditambah lagi saya ini belum menikah tapi udah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.
Lalu ngapain menulis tentang ini? Karena setelah pertemuan dengan mas Sabar dan keluarganya, setelah mendengar cerita mereka. Saya merasa banyak mendapat insight dan ingin membagikannya kepada orang lain.
Ini yang menjadi sebab saya berani mengambil kesimpulan untuk menulis. Toh ini adalah hikmah yang dapat saya petik dari kisah mas Sabar, seorang teman dekat saya yang sedang dilanda masalah. Ini menjadi pembelajaran juga ya kan.
Ditambah lagi saya ini belum menikah tapi udah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.
Lalu ngapain menulis tentang ini? Karena setelah pertemuan dengan mas Sabar dan keluarganya, setelah mendengar cerita mereka. Saya merasa banyak mendapat insight dan ingin membagikannya kepada orang lain.
Ini yang menjadi sebab saya berani mengambil kesimpulan untuk menulis. Toh ini adalah hikmah yang dapat saya petik dari kisah mas Sabar, seorang teman dekat saya yang sedang dilanda masalah. Ini menjadi pembelajaran juga ya kan.
Semoga Allah mengampuni segala khilaf dan salah saya. Menjaga rumah tangga mas Sabar dan mba Tuh serta keluarga besar mereka dengan keberkahan. Dan terakhir, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua meski saya sendiri belum menjalani rumah tangga.
Jazakumullah khair mas Sabar! Hehe karena antum muncul pertanyaan dalam diri saya sendiri:
Jazakumullah khair mas Sabar! Hehe karena antum muncul pertanyaan dalam diri saya sendiri:
Ternyata ini loh hikmahnya, sudah yakin untuk menikah?
Hoho, semangat terus menyiapkan bekal terbaik untuk akhirat!
#selasasharing
#belajarmenulis
#istiqamahbersama
#selasasharing
#belajarmenulis
#istiqamahbersama
Komentar
Posting Komentar