Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

Ngapain Menulis Tentang Ini?

Pada suatu hari, saya mendapat pesan di grup Whatsapp tentang kabar seorang teman saya yang sedang berada pada suatu masalah. Penghuni grup pun sepakat untuk membantu meringankan bebannya. Beberapa hari kemudian, diutuslah saya dan satu teman saya sebagai perwakilan dari penghuni grup tersebut untuk mengetahui kondisi teman saya ini.

Untuk mempermudah dan menjaga privasi dalam menceritakan kisah ini, saya coba memberi nama samaran pada tokoh yang terlibat. Pertama untuk saya adalah saya. Bukan orang lain, cukup saya. Kemudian untuk teman saya yang menemani saya berkunjung, saya beri nama kang Baik. Dan untuk teman saya yang sedang terkena musibah, saya beri nama mas Sabar.

Hari ini, langit cukup cerah menyelimuti bumi Jakarta, waktu yang tepat untuk berangkat. Kang Baik mendatangi rumah saya untuk mengajak berangkat ke kediaman mas Sabar dengan menggunakan kendaraan bermotor milik saya. Ia rela menunggu saya yang sedang bersiap-siap. Setelah beberapa menit di rumah saya, kami berangkat bersama dari rumah saya di daerah Jakarta Selatan, menuju rumah mas Sabar yang berada di daerah Bekasi, tepatnya Pondok Gede.

Setelah beberapa jam diperjalanan, akhirnya kami sampai di tempat pertemuan. Mas Sabar sedikit menjemput kami, yang berada tak jauh dari rumahnya. Terlihat badan mas Sabar yang lebih kurus dari pertemuan terakhir kami -kala itu- di tempat pengajian biasa. Tapi senyum wajahnya tetap terpancar menandakan keramahan dirinya dan ketegaran hatinya dalam menerima segala cobaan hidup. MasyaAllah.

"Nah ini, rumah orang tua saya. Silahkan masuk" ujar mas Sabar kepada kami. "Assalamualaikum" serentak saya dan kang Baik mengucap salam. "Maaf ya rumah saya berantakan dan kecil seperti ini." ujar seorang bapak yang keluar dari ruangan dalam. "Silahkan duduk" bapak itu melanjutkan. Kami pun duduk di ruang tamu rumahnya mas Sabar. Kami dijamu dengan baik, sebagaimana seorang tuan rumah menerima tamu yang datang. Alhamdulillah. Saya dan kang Baik pun dengan senang hati menyambutnya.

Setelah kami duduk, kang Baik memulai percakapan kami di pagi hari itu dengan sebuah pertanyaan. "Gimana mas kabarnya?" mas Sabar menjawab "Alhamdulillah baik dan ya begini sekarang keadaannya". "Kalo bapak gimana?" kang Baik melanjutkan. "Alhamdulillah saya baik juga" jawab ayahanda mas Sabar yang saya beri nama samaran pak Ngalam. Dari sini, cerita panjang dimulai...

-Time Skip-
Karena jalan cerita yang panjang. Kemudian tidak adanya catatan notulensi. Ditambah demi mempersingkat waktu penulisan. Saya ringkas sekemampuan daya ingat saya melalui timeline cerita. Jadi setelah menanyakan kabar, kami menanyakan masalah yang terjadi. Mereka pun menceritakan tentang pencurian sepeda motor dengan modus menjadi penumpang ojek pangkalan. Jadi, mas Sabar ini telah ditipu oleh seseorang. Lah kok bisa? gimana sih ceritanya sampai mas Sabar kena imbasnya juga? Hmm ya intinya sih, mas Sabar ini lengah dan kurang waspada terhadap orang yang tidak dikenal baik hingga tertipu. Cerita berlanjut dan semakin kompleks karena mulai menyinggung ke dalam ranah rumah tangga mas Sabar serta keluarga besarnya.

Nah, gimana sudah ngerti? kenapa dari kasus pencurian motor, lalu masuk ke dalam masalah rumah tangga bahkan keluarga besarnya? padahal kan kalo hanya kasus kecurian motor, tinggal ganti. Tapi ini tidak semudah seperti itu. Lalu apa sebenarnya yang terjadi?

Saya merasa bahwa peristiwa ini pasti ada hikmah yang dapat diambil, akan bermanfaat bagi saya dikemudian hari. Menjadi sarana pembelajaran bagi diri saya dan orang lain.

Karena itulah, pada akhirnya saya memutuskan untuk menuliskannya. Bukan soal jalan ceritanya, tapi soal hikmah apa sih yang saya ambil dari kisah mas Sabar? Saya ambil berdasarkan informasi dari mas Sabar dan cerita pak Ngalam yang beberapa hari lalu saya temui.

Penasaran kan apa saja hikmah yang saya ambil? Saya yakin insyaAllah akan bermanfaat buat para pembaca. Karena saya merasa mendapat insight yang cukup banyak dari pertemuan tersebut. Tulisan ini cocok banget bagi kalian yang mau menikah! Jadi tulisan nanti adalah tentang parenting! Jangan sampe ga baca!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...