Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

Seratus Delapan Puluh Derajat



“Mak, aku berangkat sekolah..” teriak Adil dari luar rumah.

“Iya nak, sebentar..” teriak Ibu paruh baya yang terburu-buru berlari meninggalkan dapur menemui sang buah hati. Namun, Adil telah pergi berangkat meninggalkan rumah.

Tet...tet.... bunyi bel menggema di sekolah menandakan jam pelajaran pertama akan segera di mulai.

“Untung aja, kalau aku sampai telat gak bakal bisa masuk di kelasnya Pak Tejo lagi nih seperti semester lalu” suara lirih terucap sambil mengelus dada.

“Assalamu’alaikum....” suara yang lantang dan berwibawa terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu kelas.

“Wa’alaikumussalam”.. jawab murid-murid kompak.

“Bagaimana kabar kalian semua? Semoga selalu sehat semangat ya.” Tanya seorang Bapak yang berdiri di depan kelas.

“Alhamdulillah kalau kabar sehat Pak, Cuma hati aja agak ngenes pak” sahut Dilan.

“Wah, kamu baru diputusin sama milea ya?” tanya Pak Tejo seorang bapak yang berperawakan tinggi.

“Huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”, sorak teman sekelas.

Dengan lembut Pak Tejo memegang pundak Dilan, “sudah nak, patah hati itu memang sakit tapi banyak menumpuk dosa jauh lebih sakit lagi di akhirat kelak, apakah kamu siap dibakar oleh api neraka?” tanya Pak Tejo.

“iihhhh.. Bapak, ngeri kata-katanya” ucap Dilan.

“Hehehe, sudah ya, gak perlu patah hati, jodoh itu Allah yang ngatur.. toh banyak orang yang udah pacaran selama bertahun-tahun terus nikahnya bukan sama pacarnya. Pacaran itu gak menjanjiikan kamu akan hidup bersama dia. kuncinya yakin aja sama Allah, pasti Allah akan memberikan yang terbaik, jadi semangat ya Dilan.. kamu harus bisa move on”.

“Insyaa Allah siap Pak”

“Baik anak-anak hari ini hari pertama kita berjumpa di semester ini, sebelum memulai pelajaran Bapak ingin kita diskusi sebentar, menurut kalian sejarah itu apa? Dan kira-kira penting tidak sih kita mempelajari sejarah? Hayo siapa yang menjawab?”

“Kejadian masa lalu pak. Gak penting pak, karena sejarah itu membosankan dan membuat ngantuk Pak”, sahut seorang anak bernama Dadan yang duduk di belakang kelas.

“Iya Pak sejarah itu membosankan, ngapain ya Pak kita belajar sejarah kan sejarah itu masa lalu yang tidak mungkin akan kembali lagi” sahut Dilan.

“Ada lagi yang mau berpendapat?” tanya Pak Tejo.

“Jawaban saya sama seperti Dilan Pak, tapi saya boleh bertanya Pak?, tanya Adil.

“Iya silahkan”

“Kenapa ya pak, Bapak selalu bertanya soal sejarah, semester lalu saat bapak menggantikan Ibu Misna saat mengajar sejarah di kelas kami, Bapak juga bertanya menurut kalian sejarah itu apa dan apakah sejarah itu penting? Dan sampai sekarang pun rasanya jawaban kami masih sama seperti yang dulu Pak bahwa sejarah itu membosankan” ucap Adil.

“Dengan tersenyum manis Pak Tejo mulai menjelaskan kepada murid-muridnya, “sekarang bapak tanya kepada kalian, kalian tahu tanggal lahir kalian?” tanya Pak Tejo.

“Tahu pak” serempak murid-murid menjawab.

“Kalian tahu di mana kalian di ahirkan? Nama ibu yang melahirkan kalian?” tanya Pak Tejo.

“Yah, kalau itu pasti ingat Pak, mana mungkin lupa”, jawab Dilan paling keras diantara murid yang lain.

“Nah, kira-kira itu terjadinya kapan?”, tanya Pak Tejo.

“Udah lama pak” jawab Agus mewakili temannya.

“ Nah, tadi kalian mengatakan bahwa sejarah itu kejadian yang terjadi di masa lalu, berarti apa?”

“Berarti itu termasuk sejarah Pak” sambung Adil.

“Nah, Risya. Jadi kira-kira penting sejarah itu penting gak?” tanya Pak Tejo yang matanya tertuju kepada seorang anak berhijab.

“Yah penting dong Pak, kan aneh kalau anak lupa sama nama ibu yang melahirkan kita.” jawab Risya mewakili teman-temannya.

“Nah itu kamu tahu” Pak Tejo membenarkan.

“Tapi kan Pak ..... itu beda” jawab Dadan.

“Bedanya di mana? Kalau begitu kita samakan persepsi dulu sejarah itu apa, apakah kalian sepakat bahwa sejarah itu adalah kejadian yang terjadi di masa lalu?” tanya Pak Tejo.

“Iya sepakat” jawab murid serempak dengan lantang.

“Berarti yang tadi itu termasuk ke dalam sejarah dan sejarah itu berarti penting, ya kan pak” sahut Adil.

“Berarti saat saya diputusin sama Milea itu juga sejarah ya Pak? Hah sejarah yang menyedihkan” sela Dilan sambil menampakkan raut wajah sedih.

“Huuuuuuuu............” sorak murid-murid ramai.

“Baik anak-anak cukup-cukup. Kita mulai saja pelajaran kita hari ini ya. Kita akan membahas mengenai sejarah Indonesia.” Ujar Pak Tejo menenangkan

“Nah ada yang mau bercerita sedikit tentang sejarah Indonesia?” tanya Pak Tejo.

“Saya Pak, Indonesia adalah negara yang berjuang melawan para penjajah, ribuan jiwa rela meregang nyawa untuk memerdekakan Indonesia, dan yang paling saya ingat itu Pak perjuangan 10 November yang kita kenal sekarang dengan Hari Pahlawan” jawab Asinta.

“Bagus, ada agi yang mau bercerita?” Pak Tejo kembali bertanya.

Kelas pun hening...

“Baik kalau tidak ada lagi yang mau bercerita sekarang Bapak yang akan bertanya, kalian cinta gak dengan negara ini?”

“Cinta Pak”, jawab para murid.

“Terus apa buktinya?”

Hening..

“Cinta itu pengorbanan, tetapi tidak cukup hanya pengorbanan saja. Cinta juga butuh keteguhan dan kesungguhan. Cinta akan menuntut segalanya dari diri kalian. Cinta kepada Sang Khalik berarti kalian menyerahkan sepenuhnya hidup kalian hanya untuk-Nya. Dalam konteksnya bernegara, jangan tanyakan apa yang sudah negara berikan pada kalian tapi tanyakan pada diri kalian apa yang sudah kalian lakukan untuk negara ini” kata Pak Tejo.

“Kalian tahu nak, kenapa Indonesia seperti sekarang ini, seperti kehilangan jati dirinya?” lanjut Pak Tejo bertanya.

“Karena banyak koruptor Pak”, jawab Dilan.

“Karena banyak orang jahat Pak” sahut Adil.

“Karena banyak orang yang haus kekuasaan Pak” jawab Dadan.

“Karena pergaulan bebas, dan narkoba Pak” tegas Asinta.

“Iya, itu semua benar tapi ada hal yang paling mendasar dari itu semua” ujar Pak Tejo membuat penasaran.

“Apa itu Pak? tanya Adil.

“Karena kita telah kehilangan mata rantai penghubung generasi emas di negara ini” jelas Pak Tejo.

“Maksudnya Pak?” Dadan bingung.

“Kalian tahu negara Turki?”

“Oh, yang Presidennya sekarang Erdogan kan Pak? jawab Dadan.

“Ya, benar sekali, kalian tahu kenapa mereka bisa maju dengan cepat?”

“Karena presidennya jujur Pak, alim lagi”, jawab Adil.

“Iya itu benar, dan satu lagi karena mereka punya sejarah yang luar biasa dan mereka pun tahu itu. Mereka pernah menjadi pemimpin peradaban dunia selama 900an tahun. 900an tahun bukanlah waktu yang singkat, panglima dan pasukan terbaik yang pernah dikabarkan Rasullulah Shalallahu Alaihi Wasallam juga berasal dari sana yang kita kenal dengan Muhammad Al Fatih, penakluk Konstantinopel. Berbeda dengan kita, yang bingung dengan sejarah bangsanya bahkan saat diajak berbicara soal sejarah merasa aneh, lebih suka kalau di ajak nonton konser yang mengeluarkan duit ratusan ribu bahkan jutaan hanya untuk hiburan, katanya biar dibilang kekinian. Hingga akhirnya kita gak tahu sejarah kita sendiri dan orang dari negara lain yang sibuk membuat sejarah bangsa kita, dan tak semua yang terceritakan. Akhirnya cerita sejarah dibuat skenarionya sesuai kepentingan tertentu. Mirisnya untuk mempelajari sejarah kita sendiri kita perlu ke luar negeri karena banyak bukti-bukti sejarah yang tersimpan di sana” jelas Pak Tejo.

“Sejarah memang masa lalu, tapi dia yang menguasai masa silam, masa kini dan masa depan.

“Hah, kok bisa Pak?” tanya Dadan tidak paham.

“Iya itulah kenyataannya, sejarah itu menghubungkan kehidupan. Mewariskan tekad perjuangan. Memberikan arti kepahlawanan. Maka dari itu seyogyanya kita harus paham akan sejarah negara kita, karena dengan hal itu akan terbangun rasa cinta di dalam jiwa. Bersama kita mengenal Indonesia, berbuat untuk Indonesia, dan menjayakan Indonesia.” Tangkas Pak Tejo.

Tet..tet....
bunyi bel pertanda istirahat, Pak Tejo pun menutup kelasnya dan memberikan tugas kepada muridnya untuk membaca sejarah Indonesia sebagai bahan diskusi minggu depan.

.......

“Assalamu’alaikum... Mak, Adil pulang. Maaf ya Mak tadi pagi Adil langsung berangkat takut terlambat karena hari ini belajar dengan Pak Tejo guru sejarah pengganti Bu Misna yang lagi cuti melahirkan, soalnya kalau terlambat tidak akan diizinkan masuk kelas” jelas Adil.

“Gimana sih Dil, kok takutnya sama Pak Tejo. Takut itu sama Gusti Allah, bukan sama manusia. Makanya kalau gak mau terlambat habis subuh jangan tidur lagi” kata Emak.

“Hehe iya Mak, maaf ya mak” kata Adil sambil tersenyum malu.

“Jadi, tadi belajar apa sama Pak Tejo?” tanya Emak sembari melipat baju yang tergerai di lantai.

“Belajar sejarah Mak, keren bapaknya dalam menerangkan pelajaran. Semua murid di kelas terpana Mak dan pada semangat semua dengan tugas yang diberikan Pak Tejo” jawab Adil.

“Apa tugasnya” tanya Emak kembali.

“Di suruh baca buku tentang sejarah bangsa Indonesia, rasanya senang Mak di ajar sama Pak Tejo teman-teman sekelas yang dulunya malas gak peduli sama sejarah, sekarang berubah seratus delapan puluh derajat pada semangat semua untuk belajar sejarah. Karena penjelasan dari Pak Tejo bagus dan enak buat berdiskusinya Mak” jelas Adil.

“Alhamdulillah kalau begitu, sholat dulu Dil terus makan dan istirahat”

“Sholat tadi udah Mak di Sekolah, jamaah tadi”

“Alhamdulillah kalu gitu makan aja, tadi Emak masakin masakan kesukaan kamu Tempoyak Patin” kata Emak.

“Makasih ya Mak” sambil memeluk Emak dan langsung meluncur ke dapur mengambil makanan kesukaannya.

 

Referensi: George Orwell  1984 hal.43

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...