Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
'Kerja di mana mas?' tanya seorang satpam kepada seorang anak yang sedang memarkirkan motornya.
'Disini pak' jawab anak itu.
'Mengapa tidak parkir di sana saja mas?' tanya satpam dengan nada sedikit ketus.
'Tidak bawa kartu parkir pak' jawab anak itu dengan perlahan meninggalkan motornya.
'Penuh dah nih parkiran gue, elah' keluh pak satpam menanggapi alasan anak tersebut.
Singkat cerita mereka akhirnya berpisah dengan saling memendam prasangka atas interaksi tadi. Bagi sang anak, hal itu sedikit mengganggunya karena hal itu tidak biasa terjadi. Ya wajar, ia telah lebih dari 5 tahun bekerja di sana. Masa ia diperlakukan kurang baik oleh seorang satpam?
Beberapa kalimat mulai bermunculan di alam pikirannya, mencoba bertanya -tanya di dalam hatinya, 'apakah bapak ini tidak mengenal saya ya atau ia sedang bercanda saja?'.
Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh dirinya sendiri 'kayanya lupa deh bapak itu ke saya eh atau ia sedang bercanda? tapi kok kalau bercanda ia bermimik wajah serius? kayanya tidak sedang bercanda'.
Lalu bagi sang satpam? 'yah penuh dah parkiran gue' ya, itulah jawabannya. Menjadi isyarat bahwa ia dalam keadaan tidak senang, mengeluh, dan sedikit tidak menerima anak itu memarkirkan motor di tempatnya.
'Pasti bapak itu kalau saya bilang 'begini' akan mengenal saya dan menerima dengan baik saya parkir di tempatnya' masih saja anak itu mencoba menyimpulkan sesuatu yang tidak terjadi. Anak itu mencoba mengandaikannya. Padahal kejadiannya sudah berlalu, keduanya sudah berpisah.
Inilah yang sering terjadi pada anak manusia, mengandaikan sesuatu yang sebenarnya sedang tidak pernah terjadi. 'Coba saya melakukan ini, pasti akan baik', 'mungkin kalau saya memilih itu, jawabannya pasti benar' dan contoh-contoh lain.
Mereka mencoba untuk menjadi 'lebih baik' dari apa yang sudah dikehendaki terjadi oleh Allah. Secara tidak sadar apa yang mereka lakukan adalah sebagai upaya mengkerdilkan status Allah dan meninggikan status dirinya. Padahal ia seorang hamba yang diciptakan Allah. Secara tidak sadar, ia merasa bahwa takdir Allah itu tidak baik. Padahal, kita tahu bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dia Sang Pencipta yang menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya. Dia tidak mungkin dzalim terhadap hamba-Nya.
'Ah sial, coba aja gue tadi ga ngelakuin ini pasti ga bakal kejadian buruk gini' sesal seorang anak manusia.
Ya, penyesalan seperti itu bisa saja terjadi. Biasanya karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Biasanya karena kelalaian sendiri yang menjadi sebab kegagalan. Padahal, Allah telah memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memilih suatu keputusan dalam hidupnya. Dia memberi sedikit 'kuasa atau kebebasan' terhadap hamba-Nya untuk menentukan sendiri skenario hidupnya. Tetapi yang sering kali terjadi adalah manusia gagal membuat skenario yang baik.
Cerita di atas, memberikan kita sebuah jawaban atas pertanyaan yang menjadi judul tulisan. 'Mengeluh karena tidak tahu atau tidak mau tau?'
Sang satpam, adalah orang yang mengeluh karena tidak tahu orang itu siapa, yang ia tahu adalah parkirannya menjadi penuh karena anak asing tersebut.
Hal yang biasa terjadi pada manusia yang tidak mengetahui masa depan, yang sering sekali lupa, yang sewajarnya salah. Padahal, jika ia paham bahwa segala yang terjadi merupakan takdir dari Sang Ilahi adalah kebaikan, maka tidak akan ada keluhan. Padahal, jika ia mengetahui bahwa anak itu seorang yang sebenarnya dekat dengannya, maka ia akan tersenyum dan mempersilahkannya parkir di sana. Pun begitu yang terjadi pada manusia dalam menyikapi suatu takdir. Jika ia paham bahwa hal itu adalah dari Sang Pencipta, maka ia akan senantiasa bersyukur karena hal itu adalah kebaikan.
Merasa bahwa segala yang luput daripadanya, segala yang terjadi dalam hidupnya adalah kebaikan juga. Hanya saja, tinggal bagaimana ia mempersiapkan diri dalam menghadapi segala kemungkinan. Bagaimana ia menyikapi kenyataan. Maka agar kita dapat melaluinya dengan baik, sangat diperlukan keimanan yang kokoh, dan akhlak yang mulia. Dua hal itu yang akan menjadi benteng terkuat kala bisikan-bisikan setan dan keburukan emosi datang menyerang.
Bukan hanya menyerang orang-orang yang mengeluh karena tidak tahu. Setan pun bahkan menyerang orang-orang yang suka mengeluh karena tidak mau tahu. Artinya, mereka yang memaksakan kehendak Tuhan, harus sesuai dengan kehendak-Nya.
Saat Allah memberikan suatu ujian, mereka menganggap buruk ujian tersebut, mereka mengeluh karena berat dilalui. Padahal mereka tahu bahwa segala takdir Allah adalah baik. Tetapi mereka tidak mau tahu. Inilah yang biasa menjangkit para aktivis Islam. Merasa tidak mau tahu apa yang sedang terjadi, pokoknya harus sesuai dengan keinginannya. Sehingga diantara kita, merasa memiliki status 'Tuhan' atau malah 'menghamba' kan sesamanya. Sehingga, terbesit rasa 'paling benar' yang menjadi jawaban sederhananya. Mencaci maki keadaan karena ulah manusia lain yang sedang dalam posisi salah. Padahal, seharusnya kita mendoakan, tetap mengajaknya kembali pada kebaikan, mengingatkannya, dan tetap berakhlak mulia. Tidak menghukuminya semata.
Memang, tidak segala yang terjadi sesuai dengan keinginan kita, tidak sesuai dengan harapan. Tetapi ketahuilah bahwa skenario Allah adalah yang terbaik. Mengeluh atau tidak mengeluh, apa yang telah ditetapkan oleh-Nya, pasti terjadi. Jangan kita kepada sesama malah saling bermusuhan memaksakan semua harus sesuai kemauan kita. Merasa bahwa orang lain melakukan kesalahan dan kita berada pada posisi yang benar. Padahal, kita adalah orang yang lebih bertanggung jawab atas kesalahan tersebut daripada orang lain. Apa yang sudah kita lakukan itulah yang akan dipertanyakan.
Ketika ban kita bocor, mengeluh atau tidak mengeluh pasti kita akan mencari cara agar bagaimana ban kita dapat kembali beroperasi. Ketika negara kita tidak sedang baik-baik saja, mengeluh atau tidak mengeluh pasti kita akan mencari cara agar menjadikannya lebih baik. Ketika harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan, mengeluh atau tidak, kita tidak bisa merubah sesuatu yang tidak berada dalam kuasa kita. Jadi, daripada mengeluh yang akan menyebabkan tenaga dan pikiran kita terkuras, maka lebih baik berlapang dada menerima kenyataan.
Hati-hati dalam menyikapi sebuah persoalan, jangan mudah mengeluh. Berlapanglah dalam menerima takdir, persiapkanlah agar tidak terjadi penyesalan di masa depan. Lakukanlah yang terbaik, lakukanlah yang benar, jangan menyalahkan orang lain dalam kegagalan kita atau dalam ketidak sesuaian kenyataan pada harapan kita.
Karena sesungguhnya Allah telah memberikan segala yang baik kepada hamba-Nya, mungkin kita tidak tahu atau malah kita tidak mau tahu.
Untuk kamu yang sedang berjuang, seberat apapun kondisinya bersyukurlah karena diluar sana ada orang-orang yang lebih berat lagi menanggung beban hidupnya tetapi mereka hadapi dengan senyuman dan rasa syukur yang luar biasa. :)
Komentar
Posting Komentar