Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM

 


Pendidikan Islam merupakan upaya manusia untuk melahirkan generasi yang lebih baik, generasi yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah meminta kita agar tidak mewariskan generasi yang lemah, sebagaimana firman-Nya,

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisaa : 9).

Ada dua bahasan yang terdapat dalam pendidikan, yaitu ilmu pendidikan teoretik dan ilmu pendidikan praktik. Dalam tataran teoretik, istilah pendidikan berhubungan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat, terutama membawa generasi muda kepada tanggung jawab dan kewajibannya dalam masyarakat.

Menurut Mohammad Naquib Al-Attas, ilmu pendidikan teoretis dan praktis harus meningkatkan makna pengajaran (ta’lim) dan (tarbiyah) menjadi pemberadaban (ta’dib).[2] Menurutnya, pendidikan lebih cenderung kepada ta’dib daripada ta’lim dan tarbiyah, karena pengertian ta’dib berkaitan dengan ilmu, sedangkan ta’lim secara umum terbatas pada pendidikan untuk pengajaran kognitif dan tarbiyah hanya terbatas pada aspek fisikal dan emosional saja.[3]

Al-Attas mendefinisikan ta’dib sebagai penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang. Maksudnya adalah upaya atau tindakan manusia untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran, mencari kualitas dan sifat-sifat ruhiyah yang baik, berperilaku yang benar, melibatkan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat pendidikan Islam lebih kepada tarbiyah daripada ta’lim ataupun ta’dib. Menurutnya, makna tarbiyah lebih lengkap pemaknaannya karena mencakup arti pembinaan, pendidikan, pengasuhan, dan pemeliharaan.

Menurut Abdurrahman An-Nahlawy, proses pendidikan Islam berupaya mendidik manusia ke arah sempurna sehingga manusia tersebut dapat memikul tugas khilafahan di bumi ini dengan perilaku amanah. Maka upaya melahirkan manusia yang amanah tersebut adalah sebuah amal pendidikan Islam.

Masih menurut An-Nahlawy, pendidikan Islam harus memiliki tiga aspek;

pertama, pendidikan pribadi yang meliputi pendidikan tauhid kepada Allah dan nilai akidah. Hal ini untuk menyiapkan diri menerima ajaran Islam.

Kedua, mencintai amal kebajikan dan keteguhan pada prinsip Islam dalam situasi dan kondisi apa pun.

Ketiga, pendidikan sosial masyarakat yang meliputi cinta kebenaran dan mengamalkannya, serta sabar dan teguh menghadapi tantangan.[1]

Jika ketiga aspek tersebut dapat diterapkan dengan tepat, maka akan lahirlah manusia-manusia yang berakal, amanah, cerdas, berilmu, dan bertakwa. Dalam Al-Qur’an, ada istilah yang menggambarkan manusia tersebut. Dialah Ulil Albab. Kata Ulil Albab dalam Al-Qur’an diungkap sebanyak 16 ayat beserta ayat-ayat yang mengiringinya. Ayat-ayat tersebut menggambarkan empat kualitas yang dimiliki sosok Ulil Albab, yaitu :


1. Tauhidnya;

fitrah tauhid meyakinkan mereka bahwa segala nikmat adalah karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tauhid mereka yang kokoh akan melahirkan rasa takut terhadap siksaan api neraka kelak.

“(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya dia adalah Tuha yang Maha Esa dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim : 52).


2. Ilmu dan Pengetahuannya;

mereka diberi kepahaman oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Al-Qur’an secara mendalam, mereka meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kitab Allah. Melalui kitab-Nya, mereka mampu membedakan yang haq dan bathil serta memahami tujuan dari syariat Allah.

“Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagiaan ayat-ayat yang mutasyabihat daripadanya dengan menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Al-Imran : 7).

“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah : 269).


3. Sikap dan Ibadahnya;

mereka menjaga amanah dan janji hidupnya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak mengingkarinya. Mereka juga menjaga silaturrahim, berinfak, sabar, dan memiliki akhlak-akhlak mulia lainnya. Hal yang utama adalah mereka selalu bersujud dan bertakwa kepada-Nya.

(QS. Ar-Ra’du : 19-23).

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9).


4. Tafakkur dan Tadabbur;

mereka gemar melakukan tafakkur dan tadabbur akan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Melalui penelitian mendalam tentang penciptaan alam semesta dan sunnatullah alam yang terjadi, menghantarkan mereka pada ketauhidan yang berkualitas. Selain itu, mereka mampu mengambil i’tibar sebuah peristiwa yang diungkapkan Al-Qur’an.

Demikian pembahasan tentang Karakteristik Pendidikan Islam yang meliputi 4 aspek. Semoga dengan hal ini menjadi motivasi bagi umat Islam dalam membangun pendidikan secara menyeluruh hingga dapat melahirkan manusia-manusia yang paripurna dalam ketaatan kepada Allah.

"Semakin dalam iman dan ilmu yang kamu miliki, maka kamu akan semakin merasakan kedamaian."



[1] Abdurrahman An-Nahlawy, Ushul At-Tarbiyyat Al-Islamiyyah wa Asalibiha fi Al-Bayt wa Al-Madrasah Al-Mujtama’, (Beirut : Dar al-Fikr 1999), hlm 18-19.

[2] Wan Mohd. Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad Naquib Al-Attas, (Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Terj. Hamid Fahmy, et., Cet. I, (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 15.

[3] Djuju Sudjana, “Perkembangan Ilmu pendidikan dan keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lain,” dalam buku Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis Ilmu Pengetahuan (ed. Rochman Natawidjaja, et.al.), (Bandung : UPI Press, cet. 1, 2008), hlm. 8.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...