Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi."

"Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku."

Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa banyak permasalahan dan keburukan yang terjadi selama ini, berasal dari sesuatu yang mendorong untuk berbuat kerusakan dan pembiaran. Merusak bumi, alam dan segala isinya. Membiarkan kejahatan terjadi, dan melakukan pembiaran karena tidak peduli lagi dengan lingkungan sekitar.

Padahal, Allah telah memberi manusia kenikmatan dan fasilitas kehidupan. Baik berupa akal, hati dan iman. Hanya saja, banyak manusia yang tidak mampu memanfaatkannya sebaik mungkin, tidak mau memaksimalkannya agar menjadi manusia yang bertaqwa dan paripurna.

Dalam menentukan pilihannya, manusia akan merasakan dengan hati, memikirkan dengan akal dan melandaskan dengan iman. Baik buruk itu sebenarnya relatif jika dalam sudut pandang manusia yang beraneka ragam. Namun jika itu menurut Allah, maka jawabannya hanya satu, yaitu KEBENARAN yang mutlak. Inilah keyakinan bagi umat muslim di seluruh dunia.

Ketika manusia diberi kesempatan memilih oleh Allah, maka disana kita sedang diajarkan rasa tanggung jawab sebagai manusia. Termasuk dalam hal mencintai.

"Setiap orang berhak untuk mencintai atau dicintai, karena mereka memiliki hati untuk merasakannya. Namun yang akan menjadi persoalan adalah tentang bagaimana kala hati mulai jatuh cinta, tentang bagaimana kita seharusnya mengekspresikan cinta secara benar sesuai ketentuan dari-Nya, Sang Pemberi Cinta."

Sebuah pilihan dalam CINTA adalah bahagia atau sakit hati dan menjaga atau mengobati. Mencintai dan dicintai adalah sebuah perjalanan. Seseorang yang sedang bingung dalam perjalanan panjang hidupnya namun tidak membuka atau mengikuti peta sebagai petunjuk arah. Maka ia akan sulit sampai ke tujuan. Pilihan baginya adalah membuka peta itu atau meminta petunjuk kepada orang lain yang ditemuinya.

"Cobalah untuk menempatkan cinta pada posisi yang seharusnya dan ekspresikan cinta sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Jika landasan cinta adalah keimanan, maka sesungguhnya kita sedang menempatkan cinta pada posisi yang seharusnya. Menjaga cinta berarti kita sedang menempatkan cinta pada derajat yang tinggi dan mengobati cinta adalah jalan untuk mengembalikan kemuliaan cinta."

Mana yang lebih baik, menjaga atau mengobati? jawabannya adalah menjaga lebih baik untuk terhindar dari akibat buruk yang berpotensi diterima dari suatu pilihan. Risikonya adalah kita perlu berhati-hati dan komitmen menjaganya. Mengobati adalah proses healing yang dilakukan untuk memulihkan, menyembuhkan dan mengembalikan diri pada kondisi yang sehat. Risikonya adalah kita perlu kesabaran menerima rasa sakit, menjalani aktivitas yang tidak biasa dan butuh komitmen juga pada masa pengobatan.

Maka dari itu setiap manusia masih memiliki kesempatan memperbaiki kesalahan, masih memiliki maaf setelah dikecewakan, dan masih memiliki rasa malu terhadap perbuatan yang tidak baik. Kita perlu untuk mengajak mereka pada kebaikan, mengarahkan mereka untuk belajar agama. Mendatangi pengajian yang membawa pencerahan. Maka, ajaklah mereka kepada kebaikan dan majelis ilmu dengan cara yang baik dan penuh hikmah.

Jangan sampai kesucian dan kemuliaan cinta hilang begitu saja tanpa adanya perjuangan. :)

Menjaga hati adalah keharusan bagi setiap orang yang memilikinya, jangan biarkan hati sakit, rusak atau mati. Menata hati adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin memiliki hidup yang berjalan penuh kebaikan, jangan biarkan hati berantakan atau tak karuan. Karena hati sangat berharga bagi hidup manusia, perlakukanlah dengan istimewa.


#30DWC #30DWCJilid43 #Day27

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...