Langsung ke konten utama

Manusia dan Kebahagiaan (Sebuah Renungan Antara Fitrah, Ilmu, dan Jalan Menuju Insan Kamil)

Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...

Kamu Harus tau kenapa Allah Memberikanmu Masalah!

 


Pernah ga sih kalian berpikir, “kenapa sih Allah selalu memberikan masalah pada saya?” atau kalian suka bingung harus ngapain saat kalian sedang ditimpa banyak masalah hidup? Sebenarnya apapun jawabannya, akan mengarah pada persoalan bahwa, hidup itu pasti ada masalah.

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam saja, yang notaben nya adalah kekasih Allah, diberikan banyak masalah dalam hidup. Eetss, tunggu dulu. Apakah benar masalah? atau beliau SAW diberi ujian? emang beda? hehe .. yuk cari tau tentang pengertiannya.

Jadi pertanyaannya, masalah sama tidak sih dengan ujian? menurut KBBI, masalah adalah sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan), sedangkan ujian adalah dari kata uji yang berarti percobaan untuk mengetahui mutu sesuatu (ketulenan, kecakapan ketahanan, dsb).

Nah, jadi gitu. Intinya, masalah adalah apa-apa yang harus dicarikan solusinya. Tapi kalo ujian adalah bentuk dari masalah itu. Dan menurut saya, lebih tepat jika Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam itu diberikan ujian hidup. Karena beliau SAW adalah Uswatun Hasanah.

Misal, saat kita menservice barang yang rusak biasanya tukang service itu bilang, ‘ada masalah di bagian dalamnya’ bukan ‘ada ujian di bagian dalamnya’. Yakan? Jadi rusaknya laptop itu adalah ujian, sedangkan apa yang terjadi pada bagian dalam laptop itu adalah masalah.

Contoh lain, saat kita dicopet oleh orang. Itu adalah ujian dari Allah. Sikap kita yang tidak hati-hati dalam menjaga barang, itu masalahnya atau setelah kecopetan kita berbuat buruk pada Allah. Itu juga bagian dari masalahnya. Gimana? Udah ngerti? Ah ya sederhananya. Kita pernah ujian di sekolah kan?, nah kalo ga belajar dan akhirnya nyontek atau nilainya jelek. Itu masalahnya. Mudah-mudahan kita dapat memahami apa itu masalah ya.

Setelah mengetahui apa itu masalah, kita lanjut ke bagaimana menyikapi dan mengatasi masalah. Ini dua hal yang berbeda. Sedikit akan kita bahas ya.

1.       Menyikapi Masalah

Nah, tentang sikap kita terhadap masalah yang paling penting adalah bertaubat dan meminta maaf. Kenapa? Balik lagi ke paragraf awal, yang namanya hidup di dunia pasti ada yang namanya masalah dan kita tidak akan bisa menghindarinya. Kecuali kita sudah masuk ke dalam surganya Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kita termasuk ke dalam orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Tapi menurut saya, kenapa bertaubat dan meminta maaf. Karena kedua hal itu berhubungan dengan Allah dan sesama makhluk. Contoh, kita udah dikasih hidup gratis sama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lalu kita, bermaksiat. Itu masalah dan sikap kita ya harus bertaubat. Tapi jangan lupa juga syarat agar taubat kita diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menurut Syeikh Abdul Qodir Jaelani dalam kitab Al-Ghunyah, syarat taubat ada tiga :

“Syarat tobat ada tiga: pertama, menyesali atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan, ini berdasarkan hadis Rasulullah, ‘Menyesali kesalahan adalah tobat’. Tanda dari penyesalan adalah lembutnya hati dan berderainya air mata. Sebab itu, Rasulullah mengatakan, ‘Berkumpullah bersama orang yang bertobat, karena hati mereka lembut’. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji dan berusaha untuk tidak kembali pada dosa dan kesalahan.”

Untuk yang berhubungan dengan sesama makhluk, berarti ada tambahan. Yaitu kita harus meminta maaf padanya dan menunaikan haknya.

2.       Mengatasi Masalah

Mengatasi masalah yang paling dasar adalah harus berilmu. Karena kalau kita tidak berilmu, kita tidak akan bisa mengatasi atau menyelesaikan masalah. Misal, seorang teknisi yang mengatasi masalah kerusakan listrik. Ia memiliki ilmunya. Tapi menurut saya, tidak semua masalah dapat diatasi. Karena ada hal lain yang tidak dapat kita atasi karena keterbatasan diri kita sebagai manusia. So, jangan terlalu bersedih saat kita tidak bisa mengatasi masalah sendirian, karena itulah hikmah dari Allah Subhanahu Wa’ Ta’ala agar sesama kita saling tolong menolong, mengisi kekurangan masing-masing, dan bersama-sama menyelesaikan masalahnya.

Kita juga harus percaya bahwa hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala sajalah yang dapat mengatasi segala masalah yang ada. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Mengetahui Segala Sesuatu (Al-Aliim) dan Dia memiliki Ilmu yang tidak terbatas. So, selalu mintalah pada-Nya saat kita sedang dihadapi masalah dalam hidup.

“(Allah menjadikan hal) itu agar kamu tahu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Maidah: 97).

‘Kenapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikanmu masalah?’ Apakah kalian sudah bisa menjawabnya? Saya mencoba memberi studi kasus seperti ini.

‘Ada seseorang sedang dalam masa penyusunan skripsi. Kemudian ia menunda-nunda dan malas mengerjakannya dalam waktu yang lama. Hingga suatu kejadian menimpa ayahnya yang membuat ayahnya meninggal dunia. Ia merasa sedih, sangat sedih. Singkat cerita setelah kematian ayahnya, teman-teman menghiburnya. Datang, berkumpul, bermain, mencoba menghilangkan kesedihannya. Ujiannya bertambah. Skripsi, kematian, hiburan, datang silih berganti. Serta ujian-ujian lain yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan pada orang itu, tak lantas membuatnya ia menyelesaikan skripsinya.’

Masalah apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan pada orang tersebut? Bisa jadi hal-hal seperti malas, menunda-nunda, lalai, dan lupa menjadi masalahnya. Tapi ada satu hal penting yang harus kita ketahui saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kita masalah. Yaitu, mengambil hikmah-Nya dan mengambil pelajaran dari setiap masalah yang ada.

Karena setiap diri kita adalah makhluk (baca:manusia) yang senantiasa menjalani proses kehidupan. Setiap dari kita adalah pembelajar. Setiap dari kita tidak luput dari kesalahan. Masalah yang ada, untuk menjadikan diri kita sadar. Bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu memberikan yang terbaik pada kita, meskipun itu suatu kesalahan atau masalah sekalipun.

Nah, apakah sudah terjawab ‘mengapa Allah memberikanmu masalah?’ Semoga sudah ya. Jadi, ayo sekarang kita terus belajar, memperbaiki diri, perbaiki kesalahan, cari jalan keluar dan pantaskan diri kita menjadi hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dicintai-Nya.

Jangan menyerah! Jangan bersedih! Dan jangan putus asa dari rahmat Allah ­Subhanahu Wa Ta’ala ya J

#30DWC #30DWCJilid43 #Day10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

Perjalanan yang Membutuhkan Pilihan; Menjaga Cinta atau Mengobati Hati

"Hidup adalah soal pilihan. Manusia dituntut untuk menentukan pilihan mana yang terbaik baginya. Seperti dua mata koin, kita akan mendapatkan jawaban ketika sebuah pilihan telah digulirkan. Setiap pilihan pasti memiliki dampak dan risiko. Semakin besar dampak yang ditawarkan, maka semakin besar pula risiko yang diterima. Maka, selalu libatkan Allah dalam setiap pilihan hidup, karena Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui apapun yang terjadi." "Setelah menjalani lika-liku kehidupan, manis-pahitnya perjalanan, kini aku mulai mengerti bahwa diri ini harus lebih berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan jalan. Bukan hanya sekedar keinginan atau hawa nafsu yang dituruti, namun juga kebutuhan dalam diri berupa keimanan dan kesehatan yang harus diprioritaskan atau diutamakan. Kini aku mulai mengerti bagaimana melakukannya karena Allah telah menunjukkan jalan terbaiknya padaku." Mari sejenak kita melakukan refleksi, mengingat dan membayangkan betapa ...

DARI AKTIVIS MENJADI IMPACTIVIS

  Impact merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti dampak. Jika melihat KBBI, impact berarti tubrukan atau pengaruh kuat. Mari kita ingat, awal dakwah Rasulullah SAW yang dibersamai oleh Khadijah r.a dan mampu menjaga keberlangsungan dakwah Islam di tengah gempuran perlawanan dari Kafir Quraisy. Dampaknya, dakwah Islam mampu bertahan hingga sekarang. Lihat pula saat Abu Bakar r.a membayar tebusan kepada kaum Kafir Quraisy untuk memerdekakan Bilal bin Rabbah r.a, padahal saat itu pula Bilal sudah siap untuk mati syahid. Dampaknya, Bilal bin Rabbah menjadi muadzin pertama. Kemudian ketika Umar bin Khattab r.a membuat kebijakan  impact investment.  Tersebutlah harta anak yatim yang pengelolaannya dititipkan ke Baitul Maal. Sang Khalifah berpikir, kalau harta itu mandek tersimpan, lama kelamaan bisa susut nilainya, bahkan habis tersebab harus dikeluarkan zakatnya tiap tahun.  Maka ditawarkanlah pada para s...