Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
Lalu apa hubungannya antara produktivitas dengan Islam? Disini Mohammed Faris menyebutkan Paradigma Islam tentang produktivitas dengan membagi menjadi 3 bagian:
Produktivitas yang Dikendalikan oleh Tujuan
Tujuan adalah satu dari tiga pilar motivasi utama manusia menurut psikologi modern, dua lainnya adalah otonomi dan kemahiran. Biasanya tujuan masyarakat konsumerisme saat ini, sering kali tujuannya tidak jelas atau hanya berkaitan dengan dunia yang fana dan tidak terkait dengan hubungan kita dengan sang Pencipta.
Dalam Islam, ada dua ayat yang menjelaskan tujuan kita sebagai manusia dalam kehidupan dunia ini yang mana akan mendorong produktivitas kita sebagai manusia yang hidup di dunia. Tentu Allah mempunyai alasan dan tujuan mengapa kita diciptakan. Tentang keberadaan kita di dunia. Allah SWT berfirman :
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat : 56).
Dan yang kedua adalah
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (QS. Al-Baqarah : 30).
2 tugas dan fungsi yang Allah berikan kepada manusia adalah Pertama, menjadi Hamba Allah dan yang kedua, menjadi wakil atau penguasa bumi secara berkesinambungan.
Produktivitas yang didorong oleh Nilai
Pencapaian produktivitas tanpa seperangkat pedoman yang jelas atau nilai-nilai etis dapat menghancurkan manusia. Nilai-nilai ini berkaitan erat dengan akhlak mulia. Seperti amanah, shidiq, ihsan, dan lainnya. Di sinilah ajaran Islam mendorong para penganutnya untuk memiliki petunjuk moral secara internal yang membimbing setiap tindakan kita. Contohnya adalah kisah Umar bin Abdul Aziz yang kedatangan tamu dari jauh, tapi tidak menggunakan lampu yang dihasilkan dari baitul maal untuk membahas hal-hal pribadi namun untuk masalah-masalah negara.
Contoh lain, seorang da’i atau mahasiswa muslim yang menjalankan suatu pekerjaan bersama namun tidak memperhatikan nilai-nilai keislaman, maka keberkahan tidak akan dapat diraih pada pekerjaan tersebut. Yang mana seringkali syaitan akan masuk merasuki pekerjaan tersebut untuk mendekati zina, kebohongan, dan tipu daya.
Kata kuncinya adalah semakin kita memenuhi nilai-nilai yang ditanamkan oleh Islam dalam kehidupan kita, maka akan semakin mendapatkan yang terbaik dalam mempertahankan harga diri mereka sebagai manusia.
Produktivitas yang dibimbing oleh Jiwa
Jiwa adalah apa yang menjadikan manusia hidup. Tanpanya, kita tidak memiliki nilai apapun. Ilmu tentang produktivitas hanya fokus pada tubuh, sekalipun jiwa merupakan pendorong lebih besar bagi produktivitas. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit." (QS. Al-Isra : 85).
Disini, produktivitas bukan hanya sekedar tentang dunia. Tapi juga akhirat. Dan disana ada ridho Allah dan juga Surga. Produktivitas yang dibimbing oleh jiwa adalah produktivitas dalam hal ruhiyah dan akhirat. Fokus tentang akhirat ini mendorong kita menuju keseimbangan antara berbagai peran yang kita mainkan. Ini bukan hanya persoalan tentang menjadi pengusaha yang menghasilkan banyak uang, bukan hanya menjadi pegawai yang berprestasi, atau pemimpin yang berhasil memimpin anak buahnya untuk produktif. Tapi ini juga tentang orangtua atau anak, suami atau istri, tetangga, warga negara, dan muslim yang produktif.
Pertannyaannya sekarang adalah jika Islam mempunyai semua nilai dan sistem yang sudah tertanam untuk meningkatkan produktivitas seperti ini,
Bagaimana mungkin umat muslim menjadi salah satu tananan masyarakat yang paling tidak produktif di dunia saat ini, padahal waktu yang Allah berikan sama-sama 24 jam dalam sehari?
Mengapa kita memiliki tingkat buta huruf tertinggi di dunia, padahal kita adalah umat yang membaca (iqra)?
Mengapa kita memiliki tingkat pengangguran tertinggi di dunia, padahal kita adalah umat yang bekerja/beramal (i’malu)?
Mengapa kita saat ini sulit berprestasi/berjaya di kancah dunia padahal kita adalah umat yang suka berpikir dan pernah menguasai 1/3 dunia dalam kurun waktu berabad-abad?
Disini, Mohammed Faris sedikit memberikan pemantik jawaban dari pertanyaan tadi. Beliau menjawab karena pemahaman yang salah yang merasuk ke dalam alam bawah sadar umat ini. Beliau menyadari hal tersebut setelah membaca buku-buku seorang pemikir Islam kontemporer bernama Dr. Ahmad Khayri Al-Omari.
Alhamdulillah sekarang mari kita berdiskusi tentang keseharian, keresahan, tentang buku ini ataupun tentang pertanyaan diatas. Semoga ulasan ini bermanfaat dan mendapat keberkahan dari Allah.
#30DWC #30DWCJilid43 #Day12
Komentar
Posting Komentar