Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan. Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...
Assalamualaikum!
Apa kabar? Semoga selalu baik-baik saja yaa. Tetap semangat jalani hidup dan jangan putus dari rahmat Allah.
Kamu pasti sudah pernah dengar ada istilah yang menyatakan bahwa ‘tidak ada yang abadi’ atau istilah lain ‘setiap pertemuan pasti ada perpisahan’ ?
Kita tidak akan membahas lebih jauh tentang dalil dan lain sebagainya yang berkaitan tentang waktu hidup di dunia atau akhirat. Tapi kali ini saya ambil dari sudut pandang momentumnya. Yang mana, setiap moment perpisahan yang terangkum disini menjadi yang paling sedih dirasakan. Namun, dibalik kesedihan dari perpisahan tersebut. Ternyata mengandung makna dan pesan yang begitu mendalam.
Insya Allah kita akan bahas bersama-sama, semoga pembahasan ini mendapat keberkahan dan ridha Allah. Silahkan dibaca dengan seksama ya!
1. Perpisahan Rasulullah SAW dengan Abu Thalib dan Khadijah r.a
Moment perpisahan yang paling menyedihkan pertama adalah moment ketika Nabi SAW ditinggal wafat oleh pamannya, Abu Thalib dan istri tercintanya, Khadijah binti Khuwailid. Bahkan kematian kedua orang terdekat Nabi SAW itu diidentikan dengan tahun kesedihan (duka cita).
Abu Thalib merupakan paman Nabi SAW yang sangat membela perjuangan dakwah Nabi SAW dari para musuhnya. Ketika diawal masa penerimaan wahyu, banyak anggota keluarga dan pembesar Quraisy yang langsung memusuhi Nabi SAW kecuali Abu Thalib. Meski berbeda keyakinan, ia tetap mencintai keponakannya dan tidak mempermasalahkan dengan dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi SAW.
Nabi SAW pun sangat mencintai pamannya tersebut. Karena itu, Nabi SAW pun terus berjuang agar pamannya mendapatkan hidayah Islam. Salah satu kisah yang paling menyedihkan adalah ketika menjelang kematian Abu Thalib. Saat itu, Abu Thalib sedang sakit dan berada di rumahnya bersama dengan Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah al-Mughirah.
Lalu datang Nabi SAW dan beliau bersabda,
“Wahai paman, ucapkanlah laa ilaaha illallah. Dengan kalimat ini, aku akan bela engkau di sisi Allah.”
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah pun tidak diam, mereka terus meyakinkan Abu Thalib agar tetap pada kekafiran. Akhirnya, sebelum hembusan nafasnya berakhir Abu Thalib berkata,
“Di atas agamnya Abdul Muthalib.” Dan ia enggan mengucapkan laa ilaaha illallah yang menandakan bahwa Abu Thalib mati dalam keadaan kafir.
Nabi SAW pun mengatakan,
“Demi Allah, aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.”
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,
"Tidak patut bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik." (QS. At-Taubah: 113).
Sungguh ironis kematian yang menimpa Abu Thalib. Seorang yang begitu cinta pada Nabi SAW, yang melindungi, menjaga, dan siap mati untuk beliau SAW. Namun pada akhirnya mati dalam keadaan kafir.
Hikmah yang bisa diambil adalah bahwa hidayah itu sangat berharga dan mahal. Bersyukurlah kita yang masih diberi kesempatan oleh Allah berada pada agama Islam dan semoga kita mati dalam keadaan muslim dan husnul khotimah.
Kisah Abu Thalib berbeda dengan apa yang dialami Khadijah r.a, istri Nabi SAW yang meninggal pada usia 65 tahun.
Selama hidupnya Khadijah sangat mendukung dakwah Nabi SAW. Ia merupakan orang pertama yang masuk Islam. Ia korbankan seluruh hartanya, kemuliaannya, kebangsawanannya untuk dakwah Islam. Ia yang menjadi pelipur lara bagi Nabi SAW dikala sedih, ketika orang-orang memusuhi Nabi SAW, ia hadir membuat ketenangan pada hati Nabi SAW.
Ketika detik-detik kematiannya tiba, Khadijah meminta Fathimah, anaknya, untuk memintakan kepada Nabi SAW sorban yang biasa untuk menerima wahyu untuk menjadi kain kafannya. Ia malu untuk memintanya langsung, ia pun takut akan azab kubur.
Mendengar itu Nabi SAW bersabda, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”
Nabi SAW berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah, istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan kepada diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu.
Dan hikmah dari kedua kisah diatas adalah turunnya perintah shalat fardhu 5 waktu dari Allah SWT. Ini bisa menjadi pertanda bahwa shalat adalah penolong manusia dikala sedih, banyak masalah, lagi susah, dan lain sebagainya. Shalat menjadi hiburan bagi Nabi SAW dari Allah SWT untuk bangkit kembali.
Selain itu, pada proses Isra Mi’raj itu pun lahirlah sebuah sebutan untuk seseorang yang paling dekat dengan Nabi setelah Khadijah yaitu Abu Bakar As-Shidiq. Gelar As-Shidiq tersematkan pada Abu Bakar karena mempercayai Isra Mi’raj disaat orang-orang tidak mempercayainya. Ini juga sebagai bentuk hiburan dari Allah kepada Nabi SAW bahwa masih ada orang yang mempercayainya dan mendukung penuh perjuangannya dalam mendakwahkan agama Allah SWT.
2. Perpisahan Rasulullah SAW dengan penghuni dunia
Pasti seluruh umat Islam sangat merasa sedih ketika Rasulullah SAW wafat. Kekasih Allah yang sangat dicintai oleh umatnya, wafat dalam keadaan tenang. Karena Allah sudah sangat merindu untuk dapat berjumpa dengannya.
Rasulullah SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal 11 H atau 633 M di usia 63 tahun. Beberapa bulan sebelum wafat, Rasulullah SAW telah memiliki isyarat bahwa ajalnya semakin dekat. Beliau juga sempat jatuh sakit ketika menjelang wafatnya.
Ketika haji Wada’ atau haji perpisahan (karena beliau SAW sudah merasakan isyarat ajalnya semakin dekat) beliau bersabda di Padang Arafah, “Aku tidak tahu pasti. Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf ini untuk selamanya”.
Kemudian beliau kembali bersabda di mimbar, “Sesungguhnya aku yang mendahului kalian. Dan sesungguhnya aku menjadi saksi terhadap kalian. Demi Allah, sungguh saat ini aku sedang melihat liang (kubur) ku! Kepadaku telah diserahkan kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Dan demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian akan musyrik setelahku. Akan tetapi yang kutakutkan kalian akan berlomba-lomba mendapatkan kunci-kunci itu!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di lain malam pun, ketika beliau keluar menuju Baqi, beliau memohon ampun kepada penghuni kubur. Ketika menjelang kematiannya pun, beliau memastikan melalui percakapannya dengan malaikat Jibril bahwa umatnya adalah umat yang akan pertama kali masuk ke dalam surga. Ini menandakan bahwa ia begitu mencintai umatnya. Banyak sekali kisah yang membuktikan bahwa Nabi SAW sangat mencintai umatnya sampai akhir zaman meski tidak berjumpa dengannya.
Ketika roh Rasulullah sampai di pusat perut, Rasulullah berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.” Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril memalingkan wajahnya. Lalu Rasulullah bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang wajahku?” Jibril menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka Rasulullah, sedangkan Rasulullah sedang merasakan sakitnya maut?” Akhirnya roh yang mulia itu meninggalkan jasad Rasulullah SAW.
Detik-detik kematian manusia paling mulia juga sangat mengharukan dan menyedihkan. Terbukti, kematiannya begitu berat dan sedih dirasakan oleh seluruh makhluk Allah di muka bumi maupun yang ada langit. Para sahabat dan keluarga sangat bersedih atas kematiannya.
Malaikat Izrail, datang dengan keadaan sebaik-baiknya untuk menjemput roh Nabi SAW. Mencabut nyawanya dengan penuh kelembutan. Malaikat Jibril mendampingi beliau di sisinya ketika ajalnya menjemput.
Jika umat Islam mencintai Rasulullah SAW, ikutilah 2 perkara yang telah diwasiatkannya untuk kita sekalian. Yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kita wajib berpegang teguh pada keduanya. Ini pun agar kita tidak tersesat dan agar selamat dunia akhirat.
Semoga Allah selalu mencurahkan salawat-Nya pada baginda Nabi Muhammad SAW, memuliakannya, mengagungkannya dan kita selaku umatnya berharap agar mendapat syafaat dari beliau SAW.
3. Umat Manusia (Umat Islam) dengan bulan Ramadhan
Perpisahan terakhir adalah perpisahan umat manusia dengan bulan suci Ramadhan. Terkhusus adalah umat Islam. Ini karena bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa dan disediakan khusus oleh Allah agar manusia berlomba-lomba mendapatkan keutamaan-keutamaan di dalamnya.
Di antara keutamaan-keutamaan dan keistimewaannya adalah
- Bulan diturunkannya Al-Qur’an
- Bulan penuh keberkahan
- Bulan dilipatgandakannya pahala
- Dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka
- Bulan penuh ampunan
- Ada Lailatul Qadr yang lebih baik dari 1000 bulan
- Mustajabnya doa-doa
- Terdapat 2 rukun Islam di dalamnya (Puasa dan Zakat)
Mengapa perpisahan manusia dengan Ramadhan disebut sebagai moment perpisahan yang paling menyedihkan? Sudah jelas karena bulan Ramadhan disediakan bagi umat Islam untuk dapat berlomba-lomba meningkatkan ibadah mereka agar menjadi taqwa.
Allah benar-benar memberikan sesuatu yang spesial kepada manusia di bulan Ramadhan. Karena di dalamnya begitu banyak fasilitas-fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memperbaiki dan memperbanyak amal mereka agar menjadi manusia yang bertaqwa. Biasanya umat Islam lebih semangat beribadah dan beramal ketika berada di bulan Ramadhan. Meskipun setelah bulan Ramadhan, ada hari raya Idul Fitri yang membuat bahagia namun kita perlu mengetahui hakikat kesedihan dan kebahagiaan yang kita rasakan. Yaitu, kekhawatiran akan amal kita yang belum diterima oleh Allah.
Suatu hari, dalam khutbah Idul Fitri, Umar bin Abdul Aziz berkata: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima amalan tersebut."
Kesedihan yang dirasakan ketika Ramadhan pergi meninggalkan kita adalah kita tidak tau akankah tahun depan masih dapat dipertemukan lagi dengannya, kita tidak tahu bagaimana kondisi keimanan kita selama 11 bulan berikutnya setelah di tinggal oleh bulan Ramadhan, ibadah kita, tilawah Al-Qur’an kita, dan lainnya.
Pada masa Rasulullah SAW, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang beriktikaf, membaca Al-Quran, zikir dan Qiyamul Lail. Mereka bahkan menangis terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka. Bulan di mana orang-orang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah, bulan yang dibukakan pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan oleh Allah SWT.
Begitulah para Salafush Shalih ketika akan ditinggalkan oleh bulan Ramadhan, mereka sedih, mereka sangat bersungguh-sungguh untuk memaksimalkan ibadah.
Semoga kita dapat memaksimalkan waktu sisa di bulan Ramadhan agar ketika keluar dari bulan Ramadhan mendapat predikat taqwa dari Allah dan dapat istiqamah selama 11 bulan kedepannya.
Demikian 3 moment perpisahan yang paling menyedihkan tapi juga sarat dengan makna yang mendalam. Tentu selain 3 point di atas, kita memiliki moment perpisahan sendiri dengan orang-orang terkasih atau dengan yang lain seperti kenikmatan fisik yang sempurna.
"Kesedihan yang kita rasakan kala berpisah dan kehilangan, menjadi pembelajaran bagi kita untuk dapat memaksimalkan momentum kebersamaan maka berpisahlah dalam keadaan baik dan jangan saling mendendam benci terhadap sesama. Ingatlah bahwa kita pun akan berpisah dengan dunia ini dan akan kembali pada alam akhirat. Semoga kita dapat saling mencintai karena Allah" Abdur Rofi Hamas.
Jazakumullah khair atas segala support dan doa nya.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Semoga tiap tulisan dapat menjadi wasilah kebaikan bagi kita dan menjadi pengingat bagi saya untuk dapat berhati-hati saat akan berbuat dosa dan kesalahan.
Wassalamualaikum!
#30DWC #30DWCJilid43 #Day15
Komentar
Posting Komentar