Ibadah-ibadah yang dilakukan tidak akan mempengaruhi eksistensi Allah sebagai Tuhan Semesta Alam. Karena Allah Berdiri Sendiri, Tidak Bergantung kepada hamba-Nya. Manusia sendiri yang akan merasakan kebaikan yang dilakukannya, manusia sendiri yang akan menerima manfaat dari amal shaleh yang dikerjakan.
Manusia sebagai hamba Allah yang menerima berbagai nikmat di bumi ini, sudah
seharusnya menjaga dan memanfaatkannya dengan baik. Mampu menjadi Khalifah
fil Ardh dan menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil Alamiin. Tetapi
realita yang terjadi, banyak diantara manusia yang malah merusak hakikat dari kesempurnaan
ciptaan, dengan melakukan penyelewengan, bahkan hingga menempatkan dirinya lebih
rendah daripada hewan atau binatang.
Tugas memakmurkan muka bumi, tempat manusia berpijak adalah sejatinya untuk
kebaikan manusia sendiri. Menjadi pemimpin di muka bumi ini adalah sejatinya
untuk menjadi wakil Allah dalam menjalani kehidupan di bumi dengan sesama
makhluk ciptaan-Nya.
Tetapi banyak manusia yang melalaikan tugasnya sebagai seorang hamba,
melupakan kewajibannya untuk beribadah. Mengkufuri segala nikmat yang telah
diterima, merendahkan dirinya dengan melakukan keburukan-keburukan yang
terkadang bahkan lebih buruk daripada yang dilakukan oleh binatang -yang notabennya
tak punya akal-, serta menjadi budak daripada makhluk lain -yang padahal
sama-sama Allah ciptakan-.
Manusia telah kalah dari hawa nafsu dalam dirinya, terkekang dan tak mampu
melepaskan diri dari kejahatan bisikan syaitan. Terdampar di tengah gurun luas
tanpa memiliki petunjuk untuk selamat. Lebih mengikuti bisikan syaitan yang
menjerumuskan. Melakukan kesenangan yang semu namun terus membuat diri haus.
Fatamorgana terus dirasakan ketika bisikan syaitan terus diikuti, tak akan membuat
manusia selamat selama ia terus mengikutinya. Syaitan yang telah jelas menjadi
musuh yang nyata bagi manusia, seringkali malah di jadikan teman bahkan
keluarga bagi manusia sendiri.
Maksiat terus saja berulang, dosa terus saja dilakukan tanpa bosan. Memang,
manusia tidak luput dari salah dan dosa, tetapi ingat juga bahwa Allah Maha
Rahman dan Maha Rahiim. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Penerima
Taubat, Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.
Tetapi sebagian manusia malah menutup mata dari rahmat Allah yang berlimpah
menyelimuti bumi ini. Merasa bahwa keputusasaan adalah satu-satunya pilihan
yang harus dijalani, dan tidak mau kembali kepada Allah. Tidak menjadikan
taubat sebagai sarana penyucian diri dari maksiat dan dosa yang dilakukan.
Tidak mau menjadikan taubat ebagai bentuk perendahan diri dari sifat sombong
terhadap Allah, Sang Maha Pencipta.
Padahal sumber kebaikan ada pada-Nya, sumber keselamatan adalah segala
syariat dan petunjuk-Nya. Adalah hadir Al-Qur’an sebagai firman-Nya yang
menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia. Mampu menjadi pedoman terbaik untuk
dapat menjadi hamba Allah yang paripurna.
Al-Qur’an hadir di muka bumi melalui malaikat Jibril yang kemudian menjadi
risalah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Pedoman terbaik yang turun
kepada manusia terbaik, yang mampu memberikan tauladan terbaik dan menjadi
sebaik-baik versi manusia. Melalui sunnah menjadi petunjuk berikutnya
agar isi Al-Qur’an lebih mudah di amalkan oleh manusia.
Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam -yang menjadi petunjuk
bagi manusia agar menjadi hamba yang bertaqwa,- petunjuk untuk dapat meraih
ridha-Nya. Tidak ada pilihan selain daripada keduanya untuk dapat menjadi
landasan jalan ketaatan menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tulisan ini sebagai bentuk penghambaan diri dan ibadah
penulis kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menjadi rasa syukur penulis terhadap
segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan. Menjadi salah satu wasilah
dalam melaksanakan tugas sebagai wakil Allah di muka bumi yang mana wasilah
tersebut juga sebagai bentuk ketaatan penulis kepada Allah, yang menjadi modal
terbaik (taqwa) untuk menghadap kembali kepada Allah di akhirat nanti. Salah
satu bentuk penggugur dosa yang selama ini dilakukan, dan sebagai upaya dalam
mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. -Selesai-
#30DWC #30DWCJilid43 #Day2
Komentar
Posting Komentar