Penciptaan manusia pertama kali dari tanah, menjadi Kuasa Allah dalam menciptakan makhluk-Nya. Setiap manusia secara berkesinambungan lahir dari rahim seorang ibu. Allah memberikan fasilitas sempurna kepada manusia untuk dapat menjalani kehidupan di dunia. Fisik, nafsu, akal, dan ruh menjadi komposisi terbaik bagi makhluk-Nya. Manusia sebagai makhluk yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini memiliki akal yang berguna untuk berpikir mana yang baik dan mana yang buruk. Manusia memiliki pilihan untuk dapat taat kepada Allah atau maksiat kepada Allah. Taat yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah dan maksiat yang akan membuat jauh dirinya dari Allah.
Manusia akan berpikir tentang bagaimana ia harus hidup di dunia. Bagaimana ia harus mampu bertahan di tengah kuatnya godaan syaitan. Bagaimana ia harus membuktikan diri pada Sang Pencipta tentang apa yang telah Dia amanahkan terhadapnya. Menepati janjinya kepada Sang Pencipta ketika ia masih dalam rupa ruh. Mengumpulkan bekal sebaik-baik dan sebanyak-banyaknya untuk kembali menghadap Sang Pencipta.
Dengan menjadi makhluk yang spesial, manusia memiliki esensi penciptaan yaitu untuk beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi. Dengan akal yang Allah berikan, manusia terus memperbarui dirinya dengan keilmuan. Sebagai pendamping sempurna keimanan. Dari perpaduan ilmu dan iman maka lahirlah taqwa sebagai bekal terbaik menghadap kembali Sang Pencipta. Dengan ilmu dan iman, manusia memainkan skenario yang telah Allah buat.
Manusia yang beriman selalu percaya bahwa skenario Allah adalah yang terbaik dan berhusnudzan kepada Allah -jika merasa bahwa hal yang buruk terjadi menimpanya.- Bahwa di balik hal buruk itu, terdapat hikmah yang dapat dipetik sebagai hadiah terbaik untuk dapat menjadi pelajaran di kehidupan berikutnya. Karena hari-hari ke depan adalah milik Allah, manusia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun akan masa depan. Tetapi dengan akal, Allah berikan kesempatan kepada manusia untuk dapat memperkirakan masa depan, untuk dapat mempersiapkan diri menghadapi tantangan. Inilah manusia yang beriman. Dalam dirinya selalu ada kebaikan. Bersabar dan bersyukur menjadi kekuatan dalam menapaki tiap jalan kehidupan. Daripada memilih keburukan, ia akan lebih memilih kebaikan. Inilah orang yang beriman, senantiasa berusaha menyikapi takdir Allah yang dianggapnya buruk sebagai bahan evaluasi diri, bahwa manusia memang tempatnya salah dan lupa, tidak membuatnya menyombongkan diri di hadapan-Nya, bahkan di alam semesta, manusia sangat kecil jika dibandingkan. Allah yang Maha Berkehendak dan Maha Adil. Memberi pilihan kepada hamba-Nya untuk menjalankan ketetapan-Nya menjadi sebuah takdir.
#30DWC #30DWCJilid43 #Day4
Komentar
Posting Komentar