Pendahuluan Pembahasan tentang manusia selalu menjadi inti dari upaya Islamisasi ilmu. Semakin dalam seseorang mengkaji konsep manusia, semakin dekat ia kepada fitrahnya, dan semakin terbuka pula pintu untuk mengenal Allah melalui ayat-ayat-Nya — baik ayat qauliyah (Al-Qur’an) maupun ayat kauniyah (ciptaan-Nya). Karena itulah memahami manusia bukan sekadar wacana antropologi, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk memahami Ru’iyatul Islâm lil Wujûd — pandangan Islam tentang keberadaan. Fase Hidup Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an Al-Qur’an banyak menjelaskan proses dan perjalanan manusia, seperti dalam: Al-Ahqaf: 15 → menyebut fase perkembangan dari lemah menjadi kuat. Ar-Rum: 54 → menggambarkan siklus: lemah → kuat → kembali lemah. Dalam realitas, usia 20–40 merupakan masa “puncak”—muda, kuat, dan penuh potensi capaian luar biasa. Pepatah ulama mengatakan bahwa: 20 tahun pertama → menuntut ilmu. 20 tahun kedua → mengamalkan ilmu. 20 tahun ketiga → menyebar...
Ini adalah salah satu hasil dari kajian pekanan. Tema yang diangkat sangat erat kaitannya dengan kebermanfaatan. Ya, sedekah menjadi salah satu bentuk ibadah sosial yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dalam bingkai kebersamaan. Hubungan saling menguntungkan merupakan ciri dari sedekah. Karena yang disedekahi mendapatkan apa yang dibutuhkan, sedangkan yang bersedekah insyaAllah akan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah. Dalam konteksnya sebagai bentuk penjagaan dan penyembuhan, terutama dari musibah atau COVID 19 adalah dengan bersedekah. Salah satu surah yang memperhatikan tentang sedekah adalah QS. Al-Ma’un. Allah menyandingkan orang yang tidak bersedekah sebagai orang yang dusta. Orang yang tidak memperhatikan anak yatim dan fakir miskin itu merupakan salah satu tanda orang yang dusta agamanya. QS. Al-Munafiqun bercerita tentang ciri-ciri orang munafik adalah tidak mau berinfaq atau bersedekah. Seperti halnya dalam QS Al-Ma’un. Untuk itu, betapa ...