Langsung ke konten utama

3 Faktor menjadi Pemimpin yang Sukses

  Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan.  Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Persoalan COVID 19

COVID 19 telah menyerang umat manusia di muka bumi. Virusnya telah menyebar ke banyak negara di belahan dunia. WHO pun sebagai organisasi kesehatan dunia, telah menetapkan bahwa virus ini masuk ke dalam kategori pandemi global.

Indonesia, sebagai salah satu negara terdampak juga akhirnya menerapkan status darurat bencana nasional. Membuat berbagai berbagai aturan dan kebijakan demi merespon penanggulangan dampak penyebaran virus. Mulai dari PSBB hingga New Normal (Adaptasi Kebiasaan Baru).

Di kalangan masyarakat umum, pemberitaan tentang covid 19 sering kali menjadi topik utama. Mulai dari ibu-ibu rumah tangga, pegawai kantor, tukang ojek, pengusaha, hingga para pejabat negara. Ekosistem kehidupan masyarakat pun berubah cukup besar seiring berjalannya waktu.

Selain itu, berbagai berita dan informasi tentang COVID 19 yang beredar melalui sosial media maupun media lainnya pun bervariasi keabsahannya. Ada yang berupa fakta, ada yang berupa hoax. Saat ini, bagi masyarakat umum penyaringan informasi harus dilakukan dengan cermat. Karena tidak semua informasi yang beredar tentang COVID 19, benar adanya. Sehingga membuat kesalahpahaman berpikir dan bertindak dalam menyikapi persoalan ini. Padahal kebijaksanaan dalam menyikapi suatu persoalan menjadi modal berharga untuk dapat melaluinya dengan baik.

Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi Persoalan COVID 19? Apakah selama ini kita sudah benar dalam memahami pandemi ini? Simak tulisan di bawah ya!


1. Percaya bahwa Virus ini adalah Ujian dari Allah

Hal yang pertama harus kita percayai sebagai seorang muslim adalah bahwa virus ini adalah makhluk yang Allah ciptakan. Sebagai bagian dari ujian untuk manusia. Apakah dengan virus ini menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah atau membuatnya semakin jauh. Apakah manusia dapat bersabar dan bersyukur atau malah sebaliknya.

Mungkin saja benar bahwa informasi yang beredar saat ini mengatakan bahwa virus ini adalah konspirasi elite global. Dampak dari perang dagang yang terjadi antara negara adikuasa saat ini, Amerika dan Tiongkok. Informasi lain pun mungkin kita dapat kan yang mengatakan bahwa virus ini sebenarnya adalah skenario untuk dapat memusnahkan peradaban manusia secara perlahan. Bahkan informasi yang mengatakan bahwa virus ini adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh manusia terkaya di dunia, Bill Gates, tak luput dari sasaran.

Informasi-informasi yang sebenarnya perlu kita lakukan pengungkapan fakta yang sesungguhnya, karena tidak bisa kita  percaya begitu saja dan memutuskan suatu informasi tersebut. Namun di samping itu semua, ada hal yang lebih penting untuk kita lakukan sebagai seorang muslim. Salah satu hal itu adalah kita harus percaya bahwa virus ini adalah makhluk Allah yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk turun dan menyebar di muka bumi. Tak perlu kita memikirkan hal-hal yang bikin pusing sendiri, sehingga melunturkan kadar keimanan kita kepada Allah.

Percayalah bahwa segala hal yang datang dari Allah adalah baik, percayalah bahwa Dia tidak akan mendzalimi hamba-Nya. Persoalannya sekarang adalah tinggal bagaimana kita sebagai manusia menyikapi ujian dari Allah ini. Apakah dengan adanya virus ini membuat kita semakin dekat kepada Allah atau semakin jauh? Jika semakin jauh, harus dengan cara apalagi Allah turunkan penyakit kepada kita agar kita dapat dekat dengan Allah?

Jika kita menganggap bahwa virus ini adalah bencana atau musibah, maka sudah seharusnya membuat kita sadar bahwa ada yang salah pada diri kita, kita harus segera memohon ampun kepada Allah, berinstropeksi diri dan bertaubat. Pasti ada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Jangan sampai kita menganggap bahwa ujian ini sangat buruk untuk kita, berpikir bahwa Allah tidak sayang pada kita, Allah mendzalimi kita dan bersuudzan pada Allah, Naudzubillah. Kita harus tetap berhusnudzan kepada Allah apapun keadaannya. Karena bisa jadi apa yang kita anggap buruk adalah yang terbaik bagi kita.

Orang yang percaya bahwa virus ini adalah ujian dari Allah, akan berpikir bahwa segala korban sudah ditetapkan siapa-siapa saja. Tapi hal itu tidak akan melunturkan ikhtiarnya sebagai manusia untuk mencegah penyebaran. Karena disana ada iman yang hadir menggerakkan pikiran dan tubuhnya untuk berbuat sebaik mungkin, untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan benar.

Dengan keimanan,  akan menggerakkan kita untuk meminta pertolongan kepada Allah. Berpikir bahwa yang dapat menjaganya dari virus ini adalah Allah, bahwa yang akan mengangkat virus ini adalah Allah, dan juga percaya bahwa virus ini akan memberikan keberkahan serta hikmah untuk kehidupan manusia.

Maka, mereka itulah orang-orang yang melalui pandemi ini dengan keimanan yang semakin kokoh, dengan tekad yang kuat, serta kesiapsiagaan yang paripurna. Bahwa memang Islam telah mengajarkan manusia tentang menjaga kesehatan, menjaga pola hidup, dan menjaga kebersihan.

Jika dengan pandemi ini lantas membuat kita ingkar terhadap peringatan dari Allah, lalu dengan apa lagi Allah turunkan ujian kepada manusia agar sadar bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu?

2. Mencegah Penularan yang Harus Sesuai Kondisi

Kedua adalah dalam mencegah penyebaran yang harus sesuai kondisi. Tempat dan waktu yang terjadi, menjadi komponen yang harus seimbang dan harus kita perhatikan. Jangan sampai kita salah bersikap sehingga salah juga dalam melakukan hal pencegahan.

Saat ini, pemerintah sangat menggaungkan metode 3M. Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak. Tetapi banyak masyarakat yang keliru menanggapinya dan tidak paham kondisi yang seharusnya dilakukan pencegahan. Sebagai contoh terbaru, rumah saya baru saja kedatangan petugas kelurahan untuk memastikan tertib memakai masker. Lalu petugas itu meminta orang-orang rumah berfoto dengan menggunakan masker, satu-persatu. Katanya, sebagai bagian dari pencegahan virus dan bukti bahwa masyarakat tertib menggunakan masker. Sungguh tidak masuk akal. Hanya untuk berfoto dan mengirim bukti, dapat mencegah penyebaran virus. Tidak perlu sebegitunya juga, mendatangi ke rumah-rumah untuk berfoto menggunakan masker. Toh, setelah berfoto keluarga kembali ke dalam rumah dan melepas maskernya.

Contoh lain ketika seseorang sedang berolahraga fisik yang menguras tenaga seperti futsal. Ia berolahraga dengan memakai masker yang tidak sesuai dengan prosedur kesehatan. Padahal jika berolahraga dengan intensitas ringan dan sedang boleh saja menggunakan masker yang sesuai dengan prosedur kesehatan.

Lalu fenomena lain yang terjadi di masyarakat adalah dalam pelaksanaan shalat berjama'ah. Yaitu menjaga jarak. Bagi sebagian yang mengikuti hal itu, alasan mereka adalah mencegah penyebaran virus dan mengikuti anjuran pemerintah (protokol kesehatan). Tetapi sebagian lain masyarakat yang tidak menerapkan itu berpikir bahwa tidak mungkin tersebar virus di dalam masjid dan sebelum shalat kita sudah dalam keadaan suci, telah mencuci tangan dan berwudhu (dalam keadaan bersih), bahkan memakai masker. Mereka yang shaffnya tetap rapat juga berpikir bahwa rapatnya shaf merupakan salah satu sunnah Nabi SAW. Bahkan ada sebagian ulama yang berpendapat hukumnya wajib. Karena rapatnya shaf akan mendapatkan fadhilah salah satunya adalah sempurna nya shalat berjama'ah. 

Jika pengajian-pengajian ditiadakan dengan alasan menghindari kerumunan, mengapa konser-konser musik diizinkan? Mungkin saja, ini adalah bentuk Ghazwul Fikr model terbaru untuk dapat merusak aqidah dan persatuan umat Islam melalui perubahan dalam shalat. Mungkin saja ini sebagai upaya pengunduran moral dan pola pikir masyarakat.

Karena di beberapa kesempatan dalam kehidupan sehari-hari kita perhatikan aktivitas yang melibatkan orang banyak, tidak menerapkan protokol kesehatan. Seperti di pasar, konser musik, demo, dan tempat lain yang bisa ditemukan kasus serupa. Padahal kebersihan dan kesucian antara masjid dengan tempat-tempat keramaian lain bisa disaksikan perbedaannya.

Bahwa mencegah penularan dilakukan tidak sesuai tempat dan waktunya. Masyarakat hanya mencegah sesuai waktu dan tempat yang diinginkannya, bukan pada substansi mengapa ia melakukan itu. Bahwa menjaga daya tahan tubuh, pola hidup sehat juga merupakan upaya pencegahan. Pola pikir masyarakat seperti direkayasa. Ada sebagian pemberitaan informasi yang hendak mencoba menjauhkan manusia terhadap Tuhannya.

Kasus lain adalah silaturrahim. Tradisi biasanya yang ada di masyarakat adalah berjabat tangan. Sekarang, sudah sulit ditemukan seseorang yang saling bertemu memberi salam dan berjabat tangan. Ada perasaan curiga, waspada, takut. Kemudian salah satu langkah pencegahan dalam kasus silaturrahim adalah dilarangnya pertemuan, dalam skala besar. Kini orang-orang tidak bisa leluasa bersilaturrahim. Sesama manusia saat ini saling curiga bahwa dirinya sendiri atau orang lain adalah sakit. Kecuali orang-orang yang telah di buktikan mereka sehat. Berbanding terbalik sebelum pandemi menyerang.

Pernah suatu ketika, melihat baliho yang menampilkan informasi bahwa jika tidak melakukan 3M akan mati. Dilengkapi gambar peti mati dan mayat yang terbungkus kain kafan sebagai visualisasi kematian. Sebegitu haruskah mensosialisasikan pencegahan penularan? Bukankah ada aspek lain yang harus dilakukan sebagai langkah preventif? Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya, meningkatkan keimanan, imunitas tubuh, menjaga kebersihan, dan pola hidup sehat? inilah sisi lain yang harus menjadi kedisiplinan bagi masyarakat.

Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Tetapi rasa ketakutan yang luar biasa terhadap penyebaran virus COVID 19 kadang menyebabkan kita salah dalam berpikir dan bertindak yang seharusnya. Seakan tidak tepat dalam hal melakukan pencegahan. Terlalu over protect terhadap suatu keadaan yang sebenarnya minim penularan dan terlalu kurang protect ketika sebenarnya potensi penularannya lebih besar.

Sebenarnya, ada penyakit-penyakit lain yang lebih membahayakan daripada COVID 19 ini. Penyakit yang harus lebih diwaspadai dampak penularannya. Salah satunya merokok. Bagaimanakah pencegahan yang dilakukan terhadap rokok yang merusak kesehatan dan agar asap rokok tidak menyebar kepada orang-orang yang tidak merokok? karena perokok pasif lebih rentan menerima penyakit daripada yang aktif.

3. Bijak Menerima Informasi

Penerimaan informasi yang kurang bijak mengakibatkan seseorang akan salah menyikapi. Bukan hanya antar personal yang skalanya kecil, tetapi berpotensi terhadap skala yang lebih besar. Pemberitaan di media online, medsos, dan media lainnya, harus disikapi dengan lebih bijak. Karena setiap pemberitaan dari informasi yang beredar, tidak selalu 100 persen benar. Hal inilah yang membuat seseorang cenderung akan lebih bijak dalam menanggapi suatu informasi. Terutama yang berkaitan dengan COVID 19. Saat ini, pemberitaan tentang COVID 19 seperti mengalahkan pemberitaan tentang penyakit lainnya.

Contoh penerimaan informasi yang salah adalah ketika ada seseorang yang wafat. Ketika satu orang berkata orang itu wafat karena COVID 19, maka dengan cepat berita itu tersebar yang mengakibatkan kegaduhan dan ketakutan yang cukup besar. Padahal, sebenarnya orang itu tidak meninggal karena COVID 19. Rumah Sakit juga harus bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang valid. Karena, tidak semua orang yang meninggal di Rumah Sakit adalah karena COVID 19. Sehingga ketika RS menyampaikannya ke keluarga korban, berita itu kemungkinan besar akan terus menyebar ke orang lain dan menjadi hoax.

Topik tentang COVID 19 memang sangat menarik untuk di bahas di kalangan masyarakat kini. Apalagi jika yang sedang bersilaturrahim dengan keluarga, nongkrong dengan teman, ataupun saat bekerja. Informasi yang beredar pun memiliki pengaruh terhadap psikologi dan daya tahan tubuh seseorang. Ketakutan dan kekhawatiran yang berlebih karena diakibatkan pemberitaan COVID 19 akan berpotensi mengurangi daya tahan tubuh dan salah menyikapi persoalan COVID 19.

Intinya sih, jika mendapatkan kabar berita dari seseorang atau media, kita harus melakukan langkah-langkah bijak, beberapa langkahnya adalah:
  1. Pastikan berita atau informasi tersebut benar
  2. Pikirkanlah manfaat ketika menyebarkan informasi tersebut
  3. Hindari menambah atau mengurangi informasi yang diterima
  4. Berikan kabar yang benar jika datang informasi yang salah
Jika kita bisa lebih bijak dalam menerima informasi, maka akan lebih mudah kita dalam menghadapi pandemi ini. Karena hidup akan lebih tenang dalam menyikapi persoalan yang sedang dihadapi. Prinsip kejujuran dan kebijaksanaan menjadi langkah preventif dalam hal komunikasi dan penerimaan berita informasi.

Media cetak, media tv, radio dan media lainnya memegang peranan penting terhadap pemberitaan dan penyebaran informasi tentang COVID 19. Karena mereka memiliki pengaruh di dalamnya. Suatu daerah yang tidak terlalu sering menerima informasi tentang COVID 19 akan lebih tenang dan damai.

4. Bertaubat dan Lebih Dekat kepada Allah

Bagaimana seharusnya kita dalam menyikapi pandemi COVID 19, jawaban berikutnya adalah bertaubat kepada Allah dan berusaha untuk lebih dekat kepada Allah. Karena sejatinya pandemi yang Allah berikan ini adalah sebagai ujian bagi kita sebagai manusia yang beriman kepada Allah, siapa diantara kita yang mampu melewatinya dengan baik atau siapa yang gagal melewatinya.

Bisa jadi, virus yang Allah turunkan ini adalah karena dosa-dosa yang manusia lakukan, kerusakan-kerusakan yang kita perbuat terhadap bumi ini sehingga Allah memberikan peringatan kepada manusia untuk tidak berbuat sesukanya. Memberikan pelajaran bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Virus ini menandakan bahwa manusia hanya bagian kecil saja dari makhluk lain yang Allah ciptakan di alam semesta, ya dibanding sebuah virus, manusia itu seakan dibuat lemah tak berdaya.

Inilah satu-satunya jalan yang harus di tempuh oleh orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Senantiasa bertaubat, mengintropeksi diri, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Beriman dan bertaqwa kepada Allah. Semakin taat kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.

Jika dengan virus COVID 19 yang telah mengubah sebagian besar kehidupan yang ada di dunia lantas tidak membuat kita berubah menjadi lebih taat kepada Allah, lalu dengan cara apalagi Allah memberikan ujian kepada kita?

Ingatlah dan pahamilah selalu bahwa kematian telah ditentukan oleh Allah. Waktunya tidak akan maju atau mundur, tidak akan ada yang mampu merubahnya kecuali Allah yang Maha Berkehendak. Virus COVID 19 adalah ujian lain yang sama seperti penyakit-penyakit lain. Yang harus dicegah karena hal itu akan lebih baik daripada mengobati.

Lakukan langkah-langkah yang mampu kita kerjakan. Jangan terlalu memikirkan lebih jauh tentang COVID 19 yang telah menjadi pandemi global. Bijaksanalah dalam memutuskan pilihan-pilihan yang akan berpengaruh terhadap hidup kita. Perhatikan orang-orang terdekat yang kita cintai. Berikan perlindungan terbaik bagi mereka karena dengan itu sama saja kita memberikan perlindungan terbaik terhadap diri sendiri.

Bagi umat muslim, kembali lah pada Allah, pada syariat-Nya, kuatkanlah ikatan ukhuwah sesama muslim, jangan bercerai berai. Ujian ini untuk kita saling menguatkan satu sama lain. Mendekatlah kepada Allah, teruslah menuntut ilmu dan ambillah pelajaran-pelajaran terbaik dari baginda Nabi Muhammad SAW dalam menjalani kehidupan di dunia. Semoga Allah senantiasa menjaga kita, dan memberikan keberkahan terhadap hidup kita. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Faktor menjadi Pemimpin yang Sukses

  Jika harus membuat sebuah teori baru, kata pemimpin memiliki makna seseorang yang memiliki mimpi atau harapan.  Mengapa kita harus membahas tentang hal ini? Jawabannya karena pemimpin adalah tokoh sentral dalam perjuangan mewujudkan suatu mimpi, harapan, dan cita-cita. Pada pembahasan kali ini, kita akan memberikan pandangan terkait tips menjadi pemimpin yang sukses. Ada beberapa faktor yang memengaruhi jiwa kepemimpinan seseorang. Penasaran bagaimana caranya menjadi pemimpin yang sukses dan apa saja yang harus dimiliki oleh pemuda agar siap menjadi pemimpin? Kecerdasan Ruhaniyah atau Spiritual Kecerdasan yang bersifat kejiwaan dan kebatinan. Kecerdasan ini dibangun dan ditumbuhkan melalui kedekatan seseorang dengan Tuhannya. Agama menjadi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan masa muda adalah saat yang paling tepat untuk mencari jati diri, sehingga tujuan hidup yang telah ditentukan senantiasa pada koridor kebenaran yang telah ditetapkan. Mengapa kita melakukan hal-ha...

Transformasi Pembaruan Dakwah Kampus; Sebuah Renovasi Cerdas-Paripurna

Secara etimologis Transformasi adalah Perubahan Rupa (betuk, sifat, fungsi dsb). Transformasi secara umum menurut kamus (The New Grolier Webster Internasional dictionary of English Language), menjadi bentuk yang berbeda namun mempunyai nilai-nilai yang sama, perubahan dari satu bentuk atau ungkapan menjadi suatu bentuk yang mempunyai arti atau ungkapan yang sama mulai dari struktur permukaan dan fungsi. Bisa kita saksikan dalam sejarah bahwa Islam adalah agama, nilai dan ajaran yang transformatif. Merubah tatanan hidup manusia dari keburukan yang berbagai macam rupa menjadi kebaikan-kebaikan yang penuh kemuliaan. Sedangkan permbaruan merupakan proses yang senantiasa dijalankan oleh alam semesta atau sebuah proses penyesuaian diri dengan realitas zaman. Kemudian dijelaskan tentang pelaku pembaharuan. Diceritakan kisah-kisah kepahlawanan dari para sahabat. Kesimpulannya terdapat dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa sebuah pembaruan tidak akan pernah tercapai manakala kita belum berhasil me...

10 Kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup (Bagian 1)

Serial Naruto adalah komik dan animasi yang berasal dari Jepang. Serial yang pertama kali terbit pada tahun 1999 ini sebenarnya telah tamat pada tahun 2014 untuk manga nya, dan 2017 untuk seri anime nya. Serial ini merupakan karya dari seorang Mangaka Jepang yang bernama Mashashi Kishimoto. Baik itu versi manga nya atau anime nya, seri Naruto menjadi sangat populer di berbagai belahan dunia karena memiliki jumlah penggemar yang begitu banyak. Bahkan di Indonesia, seri Naruto menjadi salah satu seri terpopuler yang bukan hanya disukai anak-anak, tapi remaja dan dewasa. Jalan cerita yang sangat menarik, membuat seri Naruto memiliki daya tarik yang luar biasa. Sepanjang perjalanannya, banyak pesan-pesan moral yang dapat diambil dari serial ini. Berikut 10 kisah Naruto yang dapat dijadikan pelajaran hidup: 1 . Pengorbanan Orangtua (Minato dan Kushina) Naruto dibesarkan tanpa peran kedua orang tuanya yang telah meninggal ketika ia masih kecil. Minato merupakan hokage ke empat di desa Kono...